6 Jun 2009

Sugi: Wahyudi Jangan Bermimpi

Jadi Ketua Tim Kampanye SBY-Budiono di Kalteng

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Wacana Wahyudi K Anwar jadi Ketua Tim Kampanye SBY-Budiono yang disampaikan Ketua DPC Partai Demokrat Kotim, H Juanda, mengundang reaksi keras dari sejumlah partai koalisi. PNBK Indoensia misalnya, dengan tegas menolak Bupati Kotawaringin Timur tersebut jadi ketua tim kampanye untuk wilayah Kalteng.
Ketua DPD PNBK Kalteng, Sugi Santosa menyebutkan, pernyataan yang dilontarkan H Juanda tersebut tidak tepat. Pasalnya, bertentangan dengan kesepakatan dan aturan yang sudah diatur oleh tim kapanye tingkat nasional. ”Wahyudi jangan bermimpi. Sekalipun ada usulan dari Petinggi Partai Demokrat di Kotim,” ujarnya, di Palangka Raya, Jumat (5/6) kemarin.
Dikemukannya, pernyatan H Juanda seolah-olah menggeser peran Partai Demokrat dalam hal ini ketuanya adalah Didik Salmiaji. Dimana Didik sudah baku ditentukan sebagai ketua tim kampanye untuk wilayah Kalteng, menanungi 24 partai koalisi lainnya.
”Kita sebagai partai koalisi hanya mengikuti pola yang sudah ditetapkan ditingkat pusat. Dengan demikian masuknya nama Wahyudi K Anwar sebagai calon ketua tim kampanye hanya mengganggu ketentuan dan aturan yang sudah baku,” tegas Sugi Santosa.
Apalagi katanya, Wahyudi K Anwar bukan orang partai dan masih menjabat sebagai Bupati Kotim yang tentu kepentingannya berbeda. Kalau orang partai sebagai tim kampanye jelas tujuannya untuk memenangkan duet Capres-Cawapres SBY-Budiono, sementara Wahydi K Anwar untuk kepentingan pribadinya. Kalah menang tidak jadi beban.
”Wahyudi bukan anggota partai. Diakan seorang bupati. Kalaupun ia mau masuk di tim kampanye, bukan sebagai ketua tetapi sebagai relawan yang diatur oleh koalisi partai. Alangkah lebih baik lagi, kalau sebagai donatur untuk tim kamapnaye. Kalau dia mau, kita dukung 100 persen,” imbuhnya.
Sugi menandaskan, satu hal yang perlu H Juanda catat katanya. Wacana yang dilontarkan H Juanda menunjukan ketidak percaannya terhadap rekan sesama partai dalam hal ini Didik Salmiaji, Ketua DPD Partai Demokrat Kalteng, yang menurut aturan mutlak sebagai ketua tim kampanye SBY-Budiono di wilayah Kalteng.
”Tanpa kehadiran Wahyudi K Anwar, keberadaan tim yang ada yakin dapat memenangkan duet Capres-Cawapres SBY-Budiono, khususnya di Kalteng ini. Kalau mengusulkan orang luar, jelas merupakan bentuk ketidak percayaan H Juanda terhadap tim yang ada. Ada apa antara H Juanda dengan Wahyudi K Anqwar, kok tiba-tiba memunculkan wacana yang tidak logis,” tandasnya.
Sugi mempertanyakan peran Wahyudi K Anwar masuk sebagai tim kampanye SBY-Budiono. ”Kami juga bingung, sebagai apa? Karena Wahyudi K Anwar bukan orang partai. Oleh karenanya kalau mau bergabung silahkan bergabung sebagai relawan, atau lebih baik lagi sebagai donatur tim kampanye,” ucapnya, seraya bertanya.
”Keberadaan Ketua DPD Partai Demokrat Kalteng, Didik Salmiaji, sudah mutlak sebagai Ketua Tim Kampanye SBY-Budiono di Kalteng. Tidak ada yang boleh menggeserkan posisi beliau, karena semuanya sudah diatur dalam tim kampanye tingkat nasional. Kecuali, Didik Mundur, kalaupun mundur masih ada kader partai yang lainnya,” timpal Sugi.
Sugi kembali mempertnyaakan. Kenapa harus Wahyudi ikut latah ketika melihat, koalisi 24 partai pengusung Capres-Cawapres SBY-Budiono, hal tersebut sangat aneh, ada apa dengan Wahyudi. Jangan-jangan balas jasa ketika menang, mintanya diusung sebagai Calon Gubernur Kalteng. ”Jangan bermimpi deh Wahyudi,” tegas sugi.
Boleh saja lanjutnya, mendekatkan diri dengan partai, tapi bukan langsung jadi ketua. Kalau ia memang pendukung SBY-Budiono tak harus menjadi ketua tim kampanye, sebagai relawan juga bisa, alangkah lebih baik lagi sebagai donatur bagi tim kampanye yang tidiri dari orang-orang yang duduk dikepengurusan partai. ”Wacana yang dilontarkan H Juanda sangat memalukan. Memangnya tidak ada kader yang lebih mampu. Dia anggap siapa Didik tersebut, masa ia mencalonkan orang luar dari partai, jangan-jangan ada kepentingan pribadi H Juanda?” imbuhnya.
Dia menambahkan, kehadiran Wahyudi K Anwar sebagai ketua tim kampanye akan mudah diserang oleh pihak-pihak kompetitor. Kenapa demikian, karena dia lalai menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai bupati hanya lantaran menjadi tim kampanye. Dengan adanya serangan dari kompetitor tentu sangat merugikan tim kampanye koalisi 24 partai.
”Kami harapkan diakhir masa jabatan Wahyudi K Anwar meinggalkan kenangan yang manis. Tidak membuat cacatan-catatan buruk, karena bergabung dengan partai hanya untuk kepentingan sesaat, dan terlihat ada tendensius untuk kepentingan pribadi. Hal ini sangat tidak etis dilakukan oleh seorang bupati,” pungkasnya, seraya minta H Juanda berhenti berwacana. (*)

Tidak ada komentar: