Laporan: Alfrid U
PALANGKA RAYA- Indeks cuaca kebakaran (Fire Weather Index/FWI) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengindikasikan peningkatan potensi kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah terus meningkat.
Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya, Imam Mashudi, indeks cuaca kebakaran merupakan indeks dari bahaya kebakaran, intensitas api, dan peringkat penanggulangan kebakaran yang menjadi indikator potensi tingkat kesulitan pengendalian kebakaran.
"FWI di Kalteng meski umumnya masih dalam tingkat sedang, di beberapa daerah da yang mulai tingkat tinggi," ujarnya, kepada sejumlah wartawan ketika ditemui diruang kerjanya, Jumat (26/6) kemarin.
Dekemukakannya, dalam kondisi indeks tinggi maka pengendalian dan pemadaman kebakaran akan sulit dilakukan karena bahan bakaran di lapangan telah sangat mengering dan mudah terbakar. Sementara pada indeks sedang didefinisikan pada intensitas api sedang, penjalaran api masih terbatas dan masih dapat dipadamkan dengan peralatan sederhana.
Meski demikian, Imam meminta masyarakat dalam melakukan pembakaran lahan secara terkendali sesuai Peraturan Gubernur Nomor 52 Tahun 2008 lalu untuk mencegah kebakaran meluas. ”BMKG memperkirakan semua wilayah di Kalteng yang seluas 1,5 kali Pulau Jawa ini, saat ini telah memasuki musim kemarau secara merata dan normal tanpa dipengaruhi faktor luar seperti el nino,” jelasnya.
Dijelaskannya, musim kemarau normal itu diperkirakan masih akan memunculkan sesekali hujan lokal di sejumlah daerah yang memiliki potensi penguapan tinggi, seperti sungai, hutan, dan rawa.
Lebih lanjut, Imam menjelaskan, ciri-ciri memasuki musim kemarau, suhu udara mulai panas, dengan rata-rata suhu sekitar 34 derajat celcius dan suhu maksimum kemungkinan dapat menyentuh hampir 36 derakat celcius seperti pernah terjadi Mei lalu.
"Musim kemarau akan mencapai puncaknya pada Agustus dan September, dan baru berakhir sekitar awal Oktober. Di beberapa daerah, mulai terjadi pembakaran lahan yang menyebabkan jarak pandang berkurang karena kabut asap meski secara umum wilayah Kalteng masih dalam jarak pandang normal,” pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Palangka Raya, Imam Mashudi mengatakan, saat ini Kalimantan Tengah (Kalteng) sudah masuk musim kemarau. Namun demikian, musim kemarau dengan kategori basah, yang sewaktu-waktu berpeluang turun hujan.
Menurut Imam, walaupun berkategori basah, tetap harus diwaspadai terutama bahaya kebakaran. Dari pantauan Fire Weather Indeks (FWI) yang dikeluarkan oleh BMG pusat, di wilayah Kalteng tingkat kebakaran lahan dan hutan sudah menunjukan tingkat membahayakan.
”FWI ini merupakan pengukuran tingkat kesulitan dalam upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan. Dari pantaun FWI di daerah Kabupaten Kapuas hingga perbatasan Kalimantan Selatan berada dalam bahaya kebakaran lahan yang tinggi,” ujarnya, di Palangka Raya, kemarin.
Dikemukakannya, FWI ini telah dilansir mulai sejak tanggal 18 - 20 Juni ke depan. Pada wilayah Kalimantan Tengah bagian selatan berdasarkan peta menunjukan warna kuning, yakni masuk dalam kategori tinggi, yang artinya di daerah tersebut terdapat sejumlah hotspot (titik panas).
”Untuk sementara dari yang terekam di FWI, menunjukan beberapa wilayah tingkat hotspot yang cukup tinggi. Terutama wilayah selatan, sepanjang jalan trans kalimantan, dari Palangka Raya menuju Kalsel. Sementara di wilayah Kalteng laiinya masih masuk dalam kategori sedang,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Imam mengemukakan, perubahan cuaca pada musim kemarau ini memang berfluktuasi, kemungkinan daerah yang semula potensi kebakaranya tinggi berubah menjadi sedang, atau sebaliknya, namun yang jelas dalam bulan-bulan mendatang ada potensi masuk dalam kategori sangat tinggi.
Oleh karennya Imam, mengingatkan, walau sebagian besar wilayah Kalteng masih belum masuk dalam kategori bahaya kebakaran lahan yang tinggi, dan lagi tingkat kelembabanya masih cukup bagus. Tak salahnya ia mengingatkan masyarakat untuk selalu mewaspadai, karena sewaktu-waktu cuaca bisa saja berubah.
”Perubahan cuaca inilah yang perlu kita waspadai. Apalagi sampai terjadi musim kemarau yang berkepanjangan. Kemungkinan akan terjadi kembali bahaya kebakaran yang tinggi di Kalteng ini. Saat ini meski belum masuk kategori kemarau kering, potensi kebakaran sudah masuk kategori tinggi,” katanya.
Iamam menandaskan, tingkat bahaya kebakaran lahan ini bukan saja terjadi di wilayah Kalteng, melainkan juga seluruh provinsi di Indonesia. Kebakaran yang terjadi murni akibat aktivitas manusia, membersihkan lahan dengan cara membakar.
”Pembakaran lahan untuk semnetara ini masih dalam skala kecil. Terpantau titik kebaran yang banyak terjadi untuk wilayah Kota Palangka Raya, sekitar jalan lingkar luar kota Palangka Raya. Kebanyakan warga yang melakukan pembakaran lahan dengan sengaja ini, yakni saat melakukan pembersihan kebun maupun lahan terlantar milik mereka,” tandasnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar