10 Jun 2009

Kembali Dinas PU Kalteng Lecehkan Wartawan


Peliputan Pertemuanpun Regional Diboikot

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Kembali profesi wartawan dilecehkan. Pelecehan terhadap para pekerja jurnalistik tersebut untuk kedua kalinya yang dilakukan oleh oknum pegwai instansi dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) saat melakukan tugas peliputan jurnalistik.
Bila sebelumnya, pelecehan disertai dengan pemukulan terhadap wartawan saat melakukan tugas peliputan di Kantor Dinas PU Provinsi Kalteng. Kini, wartwan kemali dilecehkan, dengan perlakukan kasar oleh seorang oknum pegawai Dinas PU Provinsi Kalteng, yang diketahui namanya Janes Siagian.
Pelecehan terjadi saat para pekerja jurnalistik melakukan tugas peliputan pada acara Pertemuan Regional Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Air Nasional Wilyah II Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, Wilayah III Kalimantan dan Sulawesi, di Aquarius Boutique Hotel, Palangka Raya, Selasa (9/6) kemarin.
Kejadian bermula, ketika sejumlah wartawan menghadiri acara atas undangan peliputan dari pantia penyelenggara melalui Karo Humas dan Protokoler Setda Provinsi Kalteng. Dalam hal ini selaku pengundang yang juga pantia penyelenggara kegiatan pertemuan adalah Dinas PU Provinsi Kalteng.
Seperti biasanya, sesui jadwal undangan, sejumlah wartwan datang ke lokasi kegiatan. Bermodalkan kartu identitas peliputan yang dikeluarkan oleh panitia penyelenggra, sejumlah wartawan mengisi daftar tamu, dan masing-masing tamu yang terdaftar mendapat materi kegiatan. Celakanya materi kegiatan yang sudah diberikan oleh penjaga tamu tersebut dirampas kembali oleh salah seorang panitia, yakni Janes Siagian.
”Ini bukan buat wartwan. Kami tidak menyediakan untuk wartwan, ini khusus untuk peserta,” ujar Janes Siagian, sambil menarik kembali materi kegiatan dari tangan Surya Sriyanti, wartawan Media Indonesia. Tak ketinggalan, saya sendiri (wartwan Radar Sampit) yang juga mendapat undangan peliputan, juga tak luput dari perlakuan kasar. Sesaat setelah mengisi daftar tamu, namun saya tak diizinkan mengambil materi.
Pelecehan juga dialami Heriady, Wartawan Borneo News. Materi yang sudah diberikan, diminta dikembalikan. Bahkan saat ia minta jadwal kegiatan tak di izinkan oleh panitia kegiatan. Demikian terhadap Subli Hayati wartawan SKH Palangka Post. Dengan nada kasar Janes Siagian meminta Subli Hayati untuk tidak mengambil materi, dengan alasan bahwa bahan tersebut tidak disedia untuk wartawan.
“Kamu siapa? Kalau wartawan tidak boleh mengambil materi ini, karena ini disediakan untuk peserta, nanti untuk peserta kurang” kata Janes Siagian, yang kemudian meminta para penerima tamu untuk menyimpan kembali materi kebwah meja panitia.
Merasa dipermalukan, salah seorang wartwan, yakni Surya Sriyanti, karena materi yang sudah dipegang dirampas kembali oleh panitia tidak terima, dan iapun melancarkan protes terhadap panitia. ”Seharusnya panitia bisa lebih sopan dalam menghadapi wartawan, tidak semena-mena seperti itu. Apalagi, kehadiran wartawan ditempat ini merupakan undangan dan bukan keinginan sendir,” katanya.
Keributan kecil semakin bertambah setelah wartawan lainnya mengetahui kejadian itu. Hingga akhirnya, wartawan meninggalkan lokasi acara, diserta pengembalian identitas peliputan yang dikeluarkan panitia. Janes sendiri seolah tidak menyesali perbuatannya, dia tidak mau sedikit pun menyampaikan permohonan maaf atas tindakan kekerasan yang dilakukannya terhadap wartawan.
Puluhan wartawan elektronik yang datang terlambat untuk melakukan peliputan yang sama, rupanya juga tidak terima setelah mendengar perlakuan kasar terhadap rekan seprofesinya. Perseteruan pun semakin panjang. Wartawan yang jumlahnya bertambah banyak itu kembali mendatangi panitia dan langsung mempertanyakan sikap Janes terhadap Surya Sriyanti.
“Kami disini juga diundang, kalau kami tidak punya data kami tidak bisa menulis berita dan cara Bapak menegur saya membuat saya malu,” kata Surya Sriyanti kepada Janes. Khawatir kejadiannya diketahui sejumlah pejabat dan peserta rapat lainnya, Kepala Biro Humas dan Protokol Kardinal Tarung, akhirnya melakukan mediasi terhadap panitia dengan wartawan di lobi hotel.
Kardinal menyesalkan tindakan panitia tersebut. “Seharusnya sebelum mengambil keputusan Bapak (James) menghubungi saya yang merupakan perantara dengan para wartawan,” katanya.
Kardinal juga mengatakan, kejadian tersebut dikarenakan ketidaktauan panitia tersebut terhadap pekerjaan wartawan di lapangan yang membutuhkan data lengkap untuk diinformasikan kepada masyarakat.
Meski demikian, James tidak juga mau menyampaikan permintan maafnya. Permintaan maaf hanya disampaikan atasannya, Jarot Widyoko. “Kami mohon maaf, tidak ada niat untuk menghalangi tugas wartawan. Dia (James) hanya membagi, dan tidak paham betul, jadi secara pribadi kami mohon maaf,” katanya.
Terlanjur dikecewakan dengan sikap arogansi instansi Dinas PU Povinsi Kalteng. Palagi sudah untuk kedua kalinya pelecehan terhadap wartwan, puluhan wartawan dari media cetak nasional, lokal dan wartwan elektronik lokal mapun nasional keluar dari ruang pertemuan dan langsung meninggalkan hotel tempat acara berlangsung. (*)

Tidak ada komentar: