26 Jun 2009

Daya Serap Uang Rendah

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang mengungkapkan, daya serap sirkulasi uang di Provinsi Kalteng rendah. Hal ini memicu tingginya inflasi dan lambatnya pertumbuhan ekonomi di Kalteng.
”Bayangkan peredaran uang di provinsi ini setiap bulannya sekitar Rp 300 miliar namun yang terserap oleh sejumlah Bank yang ada hanya berkisar Rp 25 miliar. Kalau Kalteng mampu menyerap 50 persen saja, saya yakin bisa menurunkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi akan membaik," ujarnya ketika memberi paparan pada kegiatan Pertemuan Tim Pengarah Kebijakan dan Tim Pengendalian Inflasi, di kantor cabang BI Palangka Raya, Selasa (23/6) kemrin.
Menurut gubernur jika penyerapan sirkulasi uang tesebut minimal separuh maka pertumbuhan ekonomi sanggup 2 digit, dibantu dengan kedaulatan pangan. ”Inflasi di Kalteng saat ini berada di atas angka nasional. Inflasi nasional pada bulan Mei lalu 6,04 sedangkan Kalteng 6,38. Angka inflasi ini mengalami penurunan dari semula berkisar antara 14,65 persen,” katanya.
Sementara itu, deputi pemimpin Bank Indonesi Palangka Raya, Mursyahbani menuturkan, penyebab rendahnya daya serap (in flow) dari pada uang yang dikeluarkan (out flow) karena kecendrungan warga untuk memanfaatkan Bank sebagai lembaga penyimpana uang masih rendah.
"Untuk daerah industri di Kabupaten Kotim, Kobar dan daerah lainnya, mereka lebih banyak membawa uangnya ke daerah Jawa, sedangkan daerah Barito dan seterusnya banyak ke Banjarmasin atau Kaltim," jelasnya.
Minimnya kesadaran tersebut, menurutnya, dikarenakan masih sedikitnya kantor cabang Bank-Bank yang mudah dijangkau sejumlah pekerja tersebut. "Misalnya di daerah industri, pekerja-pekerja yang berada jauh dari kota. Mereka lebih memilih menyimpan uang sendiri di rumahnya," jelasnya.
Jika kesadaran menabung tinggi, maka ada keuntungan tersendiri bagi nasabah dan perbankan. "Jika daya serap tinggi juga membantu pengurangan biaya cetak uang tesebut," ungkapnya.
Disinggung tindakan apa yang pantas dilakukan, dirinya mengimbau agar pihak bank jangan hanya menunggu namun lebih pro aktif lagi mendekati warga dengan cara jemput bola."Bank memang sudah aktif tapi belum maksimal," ujarnya.
Ditanya dengan memperbanyak kantor cabang Bank yang ada pada daerah tesebut, dirinya menjelaskan jika Bank ingin membangun cabang banyak pertimbangan terutama hukum pendapatan dan biaya. "Alasan lain juga infrastruktur yang masih belum memadai sehingga akses ke provinsi tetangga lebih memudahkan mereka," pungkas Mursyahbani yang juga pejabat Pimpinan BI Cabang Palangka Raya ini. (*)

Tidak ada komentar: