17 Sep 2009

Demi Kepuasan Nafsu, Aku Rela Digauli TTM Ibu

Pengakuan Seorang Ladies Karaoke yang Sukses (5)

Oleh: Alfrid U

SETELAH
perusahan pengolahan kayu om Herman tutup di Seruyan. Om Herman beralih haluan, dari pengusaha kayu ke perkebunan kelapa sawit. Meski perkebunan kelapa sawitnya masuk wilayah Kabupaten Seruyan, namun jaraknya dari Kota Sampit tak begitu jauh, hanya dua jam perjalanan.
Karena jaraknya dekat, om Herman semakin rutin menungunjungi kami berdua ibu. Sebulan sekali ia tidur dirumah kami, tapi belakangan semakin sering, dalam sebulan bisa tiga kali. Bahkan terkadang menginap hingga berminggu-minggu dirumah kami.
Semakin seringnya om Herman tinggal ditempat kami, semua kebutuhan keluarga dipenuhinya. Mulai dari kulkas tiga pintu, mesin cuci, hingga pemasangan parabola digital. Dapur rumah yang hanya 2 x 3 diperlebar lagi menjadi 4 x 5 meter. Kamar mandi hanya satu pintu ditambah menjadi dua pintu.
Begitu besarnya perhatian om Herman kedapa aku dan ibu. Sampai-sampai aku mengangan-angankan om Herman menjadi pendamping hidup ibu, sekaligus menjadi ayah bagiku. Mendapat restu dari aku, hubungan ibu dan om Herman semakin terbuka, tak seperti dulu, diam-diam taunya pagi hari hanya terlihat tanda merah melingkar didada ibu dan om Herman. Meski belum menyandang status suami istri alis teman tapi mesra (TTM), keduanya sudah berani tidur bersama didalam kamar, tak peduli aku ada didepan matanya.
Satu ketika om Herman datang dari Jakarta, mampir dan menginap dirumah kami. Saat om Herman datang sore itu, aku masih jalan bersama teman-teman. Pada malam harinya sekitar pukul 20.30 Wib, aku datang, saat aku menyelimap masuk dan diam-diam melintasi kamar ibu, aku mendengar suara tangisan merintih kesakitan.
Mulanya aku pikir ibu sedang sakit. Karena kamar tanpa daun pintu dan hanya ditutupi gorden, aku langsung membukaknya. Ternyata ibu dan om Herman sedang kuda-kudaan. Posisi ibu nungging, sedangkan om Herman posisi menunggangi ibu dari belakang.
Tapi anehnya, aku malah ingin terus menyaksikan hingga akhir permainan. Sedangkan ibu dan om Herman tak lagi memperdulikan aku, meski aku berdiri tegak didepan pintu menyaksikan hebohnya permainan orang dewasa dimalam itu.
Malah aku berkata kepada ibu dan om Herman. ”Asik niyeee......sampai-sampai ngga tau orang disamping,” ucapku menggoda ibu dan om Herman yang lagi asik kuda-kudaan. Lalu aku pergi masuk kemamarku.
Ibu dan om Herman tak berucap apapun, mereka berdua terus berjuang, hingga setengah jam kemudian aku mendengar suara teriak ibu. ”ohhhhhhhhhh...sudah lama aku tak merasakan nikmatnya, seperti malam ini sayang,” teriak ibu, dari balik dinding kamar tidurku.
Setelah menyaksikan permaian seru ibu dan om Herman, aku teringat dengan permainan aku dan papah Heny. Ingin rasanya aku kembali merajut kembali hubungan intim dengan papah Heny, tapi aku tak kuasa melihat pedihnya hati Heny melihat setelah tau hubungan intimku dengan papahnya.
Rasa itu aku pendamkan. Satu ketika aku digoda om Herman, meski itu aku tau calon ayahku, tetapi aku tak tahan juga menahan hasrat didada ini, ingin rasanya aku memeluk tubuh om Herman, membelai rambut yang lebat membaluti dadanya, dan merasakan nikmatnya bercinta dengan om Herman yang bertubuh tegab.
Lama aku mengidam-idamkan tubuh om Herman, dan ingin merasakan tusukan penis om Herman yang terlihat lebih besar dan keras dari papah Heny. Lantaran aku melihat saat ibu dan om Herman main kuda-kudaan dimalam itu.
Hubungan ibu dan om Herman tak bisa dibendung lagi, meski ibu tau om Herman telah punya istri. Karena kebutuhan rumah sudah tercukupi, apalagi om Herman berjaji menikahi ibu. Ibu kemudian memutuskan berhenti bekerja menjadi pelayan toko. Hubungan ibu dengan pemilik toko juga berakhir begitu saja.
Setelah ibu memutuskan berhenti bekerja di toko, hubungan ibu dan om Herman semakin intim. Seminggu di Kota Sampit, seminggu juga tidur dirumah. Kalau tak siang hari kuda-kudaan, dilakukan malam hari. Aku sudah tak dipedulikan lagi, sekalipun aku ada didepan TV, bila datang hasrat bercinta, ibu dan om Herman rela melakukannya didepan TV, sekalipun aku ada didepan TV.
Om Herman berkata. Waktu itu ia sedang ”main kuda-kudaan” bersama ibu diruang TV, dan saat itu aku juga duduk didepan TV. ”Rahma kalau mau gabung, mari sini”. ”Kalau kau berani menyentuh anakku, akan kubunuh kau. Demikian juga Rahma, kalau kau berani menyentuh om Herman juga ku bunuh kau,” ucap ibu mengancam.
Lalu aku pergi masuk kamar, memendam rasa. Hasrat bercintaku setelah melihat ibu dan om Herman ”main kuda-kudaan” disopa depan TV semakin menggebu-gebu membayangkan nikmanya bercinta dengan om Herman. Tak aku sadari, jari manisku masuk (disensor..?). Tak lama kemudian, sekitar satu jam kemudian aku kelelahan, tubuhku terdampar diatas kasur. Tak aku sadari, hari sudah pagi.
Tiga bulan sudah berlalu, sejak ditawar om Herman. Tibalah kesempatan yang tak sengaja mempertemukan hanya aku dan om Herman dirumah kami. Hari itu hari Minggu, ibu dan teman-temannya pergi ke pantai wisata Ujung Pandaran, sementara aku tinggal dirumah hanya tidur-tiduran.
Antara tudur dan bangun didepan TV aku melihat sosok lelaki masuk rumah, rupanya dia om Herman. ”Rahma ibumu mana?”. ”Ibu sedang pergi bersama teman-temannya ke pantai Ujung Pandaran,” jawabku. Mendengar begitu, om Herman ternyata tak menyia-nyiakan kesempatan.
Awalnya ia menggoda aku, godaannya aku respon, hingga akhirnya berlanjut kehubungan yang tak lazim. Tapi aku menikmatinya, aku tak memperdulikan lagi ancaman ibu. Aku berpikir jika aku harus mati ditangan ibu, memang itu sudah waktunya.
Kesempatan yang langka itu tak aku sia-siakan. Segala gaya sudah dicoba, tapi semuanya biasa, seperti yang pernah dijarkan papah Heny padaku. Hanya satu gaya terakhir yang tak biasa aku lakukan, yang nikmatnya luar biasa, hingga aku mencapai titik klimaknya, hingga menyemburkan lahar berkali-kali.
Mungkin om Herman bisa melakukannya karena tubuhku mungil, berat tak lebih dari 47 kilogram. Sementara tubuh om Herman tinggi besar, beratnya hingga 80 kilogram. Gaya yang terbilang luar biasa itu, benar-benar membuat aku puas hingga lunglay, seluruh tubuhku terasa tak berotot lagi.
”Mau tau ngga gayanya? Aku dijak berdiri saling menghadap. Kedua pahaku dirangkul dari dalam, kemudian diangkat, hingga posisi lututku terlipat menjuntai kebawah. Sementara kedua tangaku mengalungi leher dengan posisi menggantung. Tubuhku turun-naik, memompa sok tunggalnya om Herman,” cerita Rahma.
Jurus pemungkas yang dikeluarkan om Herman mengakhiri permainan, aku dan om Herman disaat itu. Setelah beristirahat sejenak, om Herman bergegas pergi. ”Jangan bilang sama ibu kalau om ada kerumah,” pesan om Herman. Akupun mengiyakannya.
Hari menjelang sore, ibu pulang dari pantai Ujung Pandaran. Saat itu aku baru keluar dari kamar mandi. ”Rahma, om Herman ada kerumahkah”. ”Ngga ada bu. Mingkin juga datang, soalnya waktu aku tidur rumah aku kunci,” jawabku, pura-pura seakan tak ada terjadi, antara aku dam om Herman disaat itu.
Seminggu sudah berlalu, setelah kejadian hubungan tak biasa aku dan om Herman terjadi. Tiba-tiba om Herman datang kerumah bersama temannya, dari logat bahasanya, pria yang dibawa om Herman kerumah kami, bukan asli orang Indonesia. Wajahnya oriental Cina, tapi bisa bahasa Indonesia. Kata om Herman Cina dari Malaysia, pemilik salah satu perkebunan sawit di Seruyan.
Hatiku kepincut sama wajah oriental itu. Namun sayangnya, om Herman bersama teman Cina-nya itu keburu pergi, hingga aku tak sempat berkenalan nama, tapi suara, logat bicara dan wajahnya aku selalu ingat dan tak pernah aku lupakan. Saat itulah pertama dan terakhir aku mengenal lelaki yang mampu meluluhkan hatiku, sekalipun didepan wajah om Herman yang aku idam-idamkan selama ini.
Tiga tahun lebih hubungan ibu dan om Herman tanpa status. Kalau diluar rumah keduanya kompak mengaku teman, tapi dirumah mesra bagaikan Romeo and Juliet. Kisah cintaku dengan om Herman dibalik kemesraan ibu juga berjalan hampir dua tahun. Saat itu usiaku baru menginjak 17 tahun, baru duduk di Klas 3 SMU Swasta di Kota Sampit.
Malang nasib, kisah cintaku dengan om Herman akhirnya ketahuan ibu juga. Hari itu Sabtu menjelang sore, om Herman datang dan menginap dirumah. Aku sudah mengerti maksut om Herman menginap dirumah. Usai maghip, aku pamit jalan, dan baru pulang sudah dini hari, kira-kira sekitar pukul 01.30 Wib. Saat aku masuk, dan melintasi kamar tidur ibu, aku melihat keduanya tertidur pulas dengan kondisi telanjang bulat.
Melihat itu nafsuku tak terbendung lagi. Akupun berpikir bagaimana meraih nikmatnya dimalam itu bersama om Herman. Diam-diam aku menyelinap masuk kamar ibu, lalu aku hampiri om Herman, kugerakan kakinya, ternyata ia bangun dan melihat aku. Kemudian aku beri kode agar om Herman bergegas keluar kamar dan mengikuti aku ke kamar mandi.
Baru setengah jam aku dan om Herman didalam kamar mandi. Saat itu aku dan om Herman sedang ”gendong-gendongan”. Belum mencapai puncak nikmatnya, keburu ibu memergok aku dan om Herman. Bak petir disiang bolong, saat membuka pintu kamar mandi, ibu mengacungkan golok, seakan haus membunuh aku dan om Herman. Tak ada yang bisa aku dan om Herman perbuat kecuali pasrah.
Beruntung ibu tak setega itu, membunuh anak kesayangan satu-satunya. Ibu hanya mengusir aku dan om Herman dari rumah. Kubawa barang-barangku, kemudian melangkah keluar rumah bersama om Herman. Malam itu aku dan om Herman menginap di salah satu hotel dekat pasar Mentaya Kota Sampit.
Tiga hari menginap di hotel, aku memutuskan pindah sekolah, ke salah satu sekolah swasta di Kota Palangka Raya. Hidup sendiri hanya tinggal dibarak. Menyambung hidup, aku mulai menjajakan diri. Disinilah awal kisah hidupku menjadi seorang ladies karaoke yang sukses.
Tapi bukan sukses karena penghasilan di karaoke, melainkan sukses karena berhasil menggaet seorang pria pengusha perkebunan kelapa sawit, kewarganegaraan Malaysia hingga menjadi suami, dan punya anak seorang laki-laki yang kini telah berusia 3 tahun, bernama Rajiv Justin. (Cerita selanjutnya, Rahma menjadi wanita penghibur)

Bandara Tjilik Riwut Siang Hari Ditutup

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Akibat tidak berfungsinya Instrumen Landing System (ILS) yang terpasang di bandar udara (Bandara) Tjilik Riwut sejak 2007 lalu. Penerbangan melalui bandara Tjilik Riwut Palangka Raya kembali ditutup pada siang hari, karena jarak pandang dilandas pacu bandara tertutup kabut asap tebal, terutama pagi hari hingga sore, sehingga tidak memungkinkan pendaratan mapun penerbangan pesawat.
Menurut Pelaksana Harian Kepala Bandara yang juga Kelapa Seksi Pengamanan Bandara Tjilik Ruwut, Sicipto Adi, kondisi ini terjadi empat hari lalu. ”Kita telah menyarakan maskapay penerbangan meresekejule kembali jalwal penerbangan,” ujarnya, kepada sejumlah wartawan di bandara Tjilik Riwut, Senin (14/9) sore.
Diekukakannya jarak pandang aman untuk pendaratan mapun penerbangan 4.000 meter, sementara jarak pandang di Bandara Tjilik Riwut beberapa hari ini, terutama dipagi hari hanya mencapai 100 meter, sedangkan di sore hari sekitara pukul 17.30 Wib hanya mencapai 500 meter.
”Kalu berdasarkan pengamatan kita diatas itu, rata-rata cerah hingga jarak pandang 1.600, sehingga memungkinkan pendaratan mapun penerbangan. Dengan demikian kita menyarakan maskapay penerbangan untuk meresekejule kembali penerbangannya hingga malam hari,” katanya.
Dijelaskannya, Bandara Tjilik Riwut sebenarnya hanya melayani pendaratan mapun penerbangan hanya sampai pukul 16.00 Wib. Namun karena kondisi tidak memungkinkan, jadwal pendaratan dan penerbangan dilayani dengan batas toleransi hingga pukul 22.00 Wib.
” Sesuai aturan, Bandara Tjilik Ruwut hanya melayani sampai jam 16.00 Wib. Tetapi karena ada kendala, maka kita akan melayani sampai jam 22.00 wib. Kondisi ini sudah berlangsung hingga 4 hari,” jelas Sucipto.
Sedangkan, ucap Sucipto, penerbangan yang melayani untuk wilayah Kalteng, dari Kota Palangka Raya kesejumlah Kabupaten lainnya, seperti Seruyan, Barito Utara dan Murung Raya telah lama ditutup. Karena bandara dibeberapa daerah tersebut tidak memungkinkan pasilitasnya untuk pendaratan mapun penerbangan di malam hari.
Dari pantauan Radar Sampit, akibat pesawat tidak bisa melakukan pendaratan mapun penerbangan disiang hari di Bandara Tjilik Riwut, ratusan penumpang tujuan Jakarta, dan Surabaya tertumpuk di termilal bandara Tjilik Riwut, terutama calon penumpang yang berasal dari luar daerah Kota Palangka Raya.
Tugimin, penambang puya dari Kereng pangi Kabupaten Katingan ini bersama keluarganya terlantar di bandara Tjilik Riwut dari pagi hingga sore hari. Padahal menurut jadwal penerbangan ke Surabaya pada siang hari, tetapi hingga sore pesawat Batavia belum juga mendarat di bandara Tjilik Riwut.
Untuk diketahui, ILS atau Sistem Pendaratan Instrumen adalah alat bantu pendaratan pesawat. Alat ini memberikan panduan kepada pesawat yang akan mendarat di landasan, dengan menggunakan kombinasi sinyal radio.
Di banyak tempat, lampu-lampu berintensitas tinggi (high-intensity lighting arrays) agar pesawat dapat mendarat dengan aman dalam keadaan Instrument meteorological conditions (IMC), seperti langint-langit rendah (low ceilings), atau jarak pandang yang kurang karena kabut, hujan, atau salju. (*)

Gubernur Marah, Sempat Gebrak Meja Pertemuan

Lantaran ILS Bandara Tjilik Riwut Tak Berfungsi

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang benar-benar marah lantaran kepada pihak Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya, lantaran Instrumen Landing System (ILS) yang terpasang di bandar udara (Bandara) Tjilik Riwut tidak berfungsi. Padahal, ILS tersebut telah terpasang sejak 2007 lalu, namun tak bisa digunakan karena belum dikalibrasi.
Mendapat laporan dari pihak pegawai teknisi dan kemananan bandara, ILS belum berfungsi karena belum dikalibrasi, padahal sudah terpasang sejak 2007 lalu, gubernur tak bisa menahan diri dan sempat gebrak meja pertemuan, dan ia mengaku kecewa dengan pihak bandara.
“Sudah hampir dua tahun alat ini tak berfungsi. Saya sangat kecewa sekali dengan kepala bandara (Jamalludin Hasibuan, red) karena sudah cukup lama kami (Pemprov) meminta agar dikalibrasi, namun perhatiannya amat sangat kurang,” kata Teras saat pertemuan dengan jajaran bandara Tjilik Riwut di posko penanggulangan bencana asap, Senin (14/9) siang.
Gubernur mengungkapkan, dirinya telah menghubungi Menteri Perhubungan RI agar ILS tersebut dapat segera dikalibrasi untuk membantu penerbangan di bandara pada disaat kondisi sekarang akibat kabut asap tebal.
Dari informasi yang ia terima dari Dirjen Perhubungan Darat dilaporkan ILS bandara Tjilik Riwut baru dipasang dan akan segera dijadwalkan untuk komisioning sekalian dikalibrasi. “Informasi dari dirjen, seolah barang ini baru terpasang, saya kasihan dengan pak Dirjen, karena dia baru (sebagai dirjen). Dan kemarin, saya perintahkan Kepala Bandara segera ke Jakarta untuk mengurus hal ini,” katanya.
Menurut Teras, dirinya tak ingin Kalteng menjadi tempat yang tidak jelas dan tak ada perhatian dari aparatur instansi vertical. ILS tersebut sangat dibutuhkan karena Kalteng dalam bencana asap, sehingga penerbangan sulit dilakukan tanpa ILS dengan jarak pandang dibawah 1 kilometer.
“Walau saya tau proses kalibrasi panjang dan saya tau ini tak langsung ditangani Dephub, tapi yang saya inginkan, alat ini bukan hanya sekedar pajangan, tapi berfungsi dengan baik karena ini uang rakyat. Jangan main-main,” tegas Teras sambil menggebrak meja.
Sementara itu, Ketua Kelompok Teknisi Bandara, Rachmad Roif menjelaskan, ILS dipasang di Bandara Tjilik Riwut pada 2006 lalu, namun, peralatannya tidak lengkap, hanya localizer dan Glide Path. Kemudian dilanjutkan 2007, yakni, middle marker. Biaya mendatangkan alat tersebut sebesar Rp 7 miliar.
Belum dikalibrasinya alat itu, katanya, disebabkan Bandara Tjilik Riwut tergantung dari bandara yang besar, seperti Balik Papan dan Banjarmasin, karena tak ada biaya. Rencananya, setelah kalibrasi di kedua Bandara itu, sekalian juga dilakukan di Kalteng, namun, ternyata tak dilakukan.
“Saat itu, mungkin kita belum selesai pekerjaan, disana sudah ada (Balikpapan dan Banjarmasin), namun tim kalibrasi menginformasikan pesawatnya yang tidak memenuhi syarat kalibrasi,” katanya.
Dia mengungkapkan, jika ILS berfungsi, jarak pandang minimal untuk penerbangan maupun pendaratan sekitar 800 meter. Namun, karena belum berfungsi, jarak pandang minimal saat ini 1600 meter. Teras kembali meminta kepada jajaran Bandara, untuk betul-betul memperhatikan ILS tersebut, pasalnya, dana yang dikeluarkan untuk itu sangat mahal.
“Jangan bapak-bapak merasa dari Departemen, kemudian tak ada perhatian dengan peralatan disini, saya tak ingin itu terjadi. Saya yang bertanggung jawab terhadap masalah di wilayah ini sebagai wakil pemerintah pusat,” kata Teras.
Dirinya menyesalkan pihak bandara yang tak perduli dengan kebakaran lahan terjadi di wilayah itu. Pasalnya, tak ada satu pun petugas pemadam yang turun ke lapangan memadamkan api. ”Tak ada tindakan dari bandara untuk berupaya memadamkannya. Padahal, itu di areal kekuasaan bandara,” katanya. (*)

14 Sep 2009

Papah Heny Tega

Pengakuan Seorang Ladies Karaoke yang Sukses (4)

Oleh: Alfrid U

AWAL
dari kehancuranku. Pulang sekolah, kebiasaan mampir dirumah Heny tak bisa berubah. Maklum Heny butuh teman bermain, akupun demikian. Heny dan aku, sama-sama ditinggal orang yang kami cintai. Heny kehilangan ibu karena ditinggal mati, sedangkan aku kehilangan ayah, juga ditinggal kerna mati.
Kisah cinta ibu dan pemilik toko tempat ibu bekerja tetap berlanjut. Aku tak peduli lagi dengan apa yang terjadi. Setiap aku pulang malam dari rumah Heny, aku melihat ibu dan pemilik toko selalu berduaan di rumah.
Hari itu ibu tidak pergi ketoko. Sebagai anak murid sekolah yang disiplin, apapun masalah dikeluarga aku tetap harus sekolah. Sebenarnya aku bukan murid SMP yang berprestasi, Heny juga. Tapi kami berdua selalu masuk sepuluh besar.
Duduk di Klas II SMP tinggal tiga bulan lagi. Aku dan Heny siap menghadap ulangan kenaikan klas. Untuk meningkatkan prestasi, aku terpaksa ngikut les belajar. Tapi biaya les mahal, sekali pertemuan harus bayar Rp 25 ribu per orang, dalam semunggu tiga kali pertemuan.
Untung papah Heny baik padaku. Papah Heny sudah mengangap aku anaknya, lantaran tiap hari selama 2 tahun aku berada dirumah Heny, seakan tak ada lagi pemberlakukan batasan kepadaku di rumah Heny.
Apa yang menjadi milik Heny milik ku juga, terkadang kami berdua berganti memakai pakaian, bahkan terkadang pakaian dalaman Heny aku pakai, bila aku lupa bawa pakain dari rumah. Aku dan Heny bagaikan kakak dan adik.
Papah Heny yang sibuk dengan proyeknya, siang hari sangat jarang dirumah, kalaupun datang disiang hari setelah antar jemput kami kesekolah. Pulang sore hanya mampir untuk mengantarkan makanan, setelah itu pergi dan pulang malam hari.
Satu ketika dimalam itu. Waktu menunjukan pukul 22.30 Wib, aku dan Heny tertidur lelap di depan TV, datanglah papah Heny. ”Rahma, mari om antar Rahma pulang”. ”Heny kamu mau mau ikut,” tanya papahnya. ”Ngga pah..ngantuk. Biar papah aja yang ngatar Rahma,” jawab Heny.
Dengan perasaan masih ngantuk, aku kemudian melangkah keluar rumah dan menuju mobil yang terparkir didepan rumah. Seperti biasa bila diantar sendiri papah Heny, aku selalu diminta duduk di depan. ”Angga om, biar Rahma di kursi belakang aja biar bisa tidur-tiduran,” jawabku, ketika papah Heny menawari aku duduk didepan.
”Udahlah Rahma duduk didepan aja,” pinta papah Heny sambil menarik tanganku. Aku langsung menikuti permintaan papah Heny dan duduk di kursi depan. ”Rahma kalau mau tidur-tidur aja. Sini nyender di paha om”. Permintaan papah Heny sempat membuat aku kaget. Tapi yang namanya ngantuk berat, langsung aku senderkan kepalaku ke paha papahnya Heny.
Antara tidur dan bangun, aku merasakan ada benda keras dibalik celana jeans papah Heny, lama-lama terasa mengeras. Tapi aku tak peduli, akhirnya sampai juga didepan gang masuk rumah. Bisik-bisik papah Heny membangunkan aku, sambil mendaratkan ciuman kecilnya dikeningku. ”Rahma kita sudah sampai. Jangan lupa tas sekolahnya di kursi belakang,” kata papah Heny kepadaku.
Dengan posisi jongkok, dari kursi depan, aku mengambil tas dibagian kursi belakang, papah Heny bilang. ”Awas jatuh kamu nanti,” ucap papahnya mengiangtkan aku, tapi sambil memegang bokongku. ”Rahma bokongmu sintal juga ya,” puji papah Heny setelah memegang bokongku.
Tapi aku diam saja, tangaku terus meraih tas di kursi belakang bagian tengah. ”Upppssss maafkan om ya”. Ternyata tangan papah Heny nakal juga, pura-pura minta maaf seakan tak sengaja, tangannya masuk ke dalam rok sekolahku. ”Ngga apa-apa om, kan ngga sengaja, kalau sengaja aku gampar om,” jawabku mengancam.
Sebanarnya dalam hati kecilku tak mungkin aku menggampar papah Heny yang sudahku anggap sebagai ayah. ”Ngga lah om, cuma bercanda aja. Jangan diambil hati,” ucapku kembali meralat ancamanku itu.
Setelah mengambil tas, aku kemudian keluar mobil dan langsung pulang. ”Selamat bobo Rahma,” ucap papah Heny. ”Terimakasih om,” jawabku. Sampai dirumah, aku kemudian membersihkan seluruh tubuhku, lalu kemudian menggantikan pakaianku dengan baju tidur.
Ternyata aku sudah kehilangan rasa ngantuk. Pikiranku mulai melayang-layang memikirkan semua masalah dikeluarga. Memikirkan ayah yang telah meninggal, tanda merah didada ibu dan om Herman, paman ojek, pemilik toko, hingga pengalaman aku yang mengeluarkan cairan di ”anuku” setelah tanganku dipegang oleh papah Heny.
Pikiran mulai campur aduk, hingga aku memikirkan bagaimana sampai bisa tangan papah Heny tiba-tiba masuk ke selangkangan dibalik rok. Pikiran bener-benar melayang, tak aku sadari, ayam jantan yang biasa dipakai saungan oleh rumah tetangga depan berkokok, berarti pertanda mulai pagi, akhirnya aku tertidur.
Belum satujam aku tertidur, kemudian dibangunkan ibu. Karena aku ada kewajiban sekolah, aku kemudian bergegas bangun, kemudian mandi dan mengenakan pakaian seragam. Belum sampai diujung gang, jemputan sekolah datang.
”Heny...mana om?” tanyaku kepada papahnya. Setelah aku melihat Heny tak berada didalam mobil. ”Heny ada dirumah, dia sakit. Om antarkan kamu kesekolah ya, nanti om jemput kalau sudah pulang sekolah”. ”Ngga om, biar saya langsung kerumah aja, biar ngga usah masuk sekolah hari ini. Aku ngantuk, tadi malam ngga bisa tidur”. ”Kenapa?” tanya papah Heny. ”Ngga tau, ngga mau tidur aja,” jawabku.
”Oke lah... kalau gitu, saya antarkan Rahma kerumah, nanti biar om yang minta izin dengan sekolah, kamu berdua ngga masuk”. ”Memang bisa om?” tanyaku. ”Apa yang ngga bisa kalau om ini. Guru ditempat kamu berdua sekolah itu semuanya mata diuitan. Tuh biaya les aja, kalau ditempat lain Rp 15 ribu sekali pertemuan, di sekolahmu itu malah Rp 25 ribu per sekali pertemuan,” gerutu papah Heny.
Sampai dirumah Heny, aku langsung masuk. ”Rahma, Heny ada di kamar om,” ucapnya papah Heny. Akupun langsung masuk kekamar papah Heny melihat kondisi Heny, ternyata Heny memang sakit keras, suhu tubuhnya panas sekali.
”Rahma kalau mau makan cari sendiri di kulkas, semua sudah siap, tinggal dipanasin aja. Kalau mau tidur siang, masuk aja ke kamar Heny, jangan kamu ikut tidur dekat Heny entar ketularan sakitnya,” kata papah Heny mengingatkan aku.
Makan sudah, waktunya tidur siang. ”Rahma, om mau keluar dulu. Kamu tinggal dirumah temani Heny”. ”Ya om,” jawanku. Sore itu, sekitar pukul 16.00 WIB, papah Heny pulang. ”Rahma, besokkan hari minggu, Rahma ikut sini aja tidurnya”. ”Boleh om, tapi aku kasih tau dulu ibu,” kataku kepada papah Heny. ”Kau telpon aja ibumu,” kata papah Heny.
Setelah aku ceritakan kondisi Heny, ibu mengijinkan aku menginap di rumah Heny. Betapa senangnya aku saat itu. Dua tahun berteman dengan Heny baru kali pertamanya aku ditawarin menginap dirumah Heny.
Sore itu semakin gelap, jam menunjukan pukul 20.30 Wib. Papah Heny tak kunjung datang. Sebelum aku pindah kamar, aku minta Heny minum obat sebelum tidur. Tak lama setelah minum obat, resep dari dokter, Heny tertidur pulas, akupun pidah kamar.
Karena belum tidur siang, apalagi malam sebelumnya begadang, begitu kepalaku menyentuh bantal langsung tertidur pulas. Tak aku sadari tiba-tiba papah Heny sudah ada disampingku. Jam meja yang tersimpan diatas lemari pakaian Heny menunjukan pukul 12.30 Wib.
Papah Heny sambil bisik-bisik ditelingaku, sambil memijat kaki, lama-lama tangannya naik. Baru aku sadar, saat aku merasakan dadaku dingin, ternyata baju tidur yang aku kenakan terangkat keatas.
Awalnya aku sempat memberontak, tapi lama-kelamaan aku merasakan nikmatnya, lebih nikmat dari pertama kali dipegang tangan oleh papah Heny. Belayan tangan papah Heny membuat seluruh tubuhku terasa bergetar, lama-lama tak aku sadari seluruh pakaian tidur yang membaluti tubuh mungilku terlepas.
”Ahhh...nikmatnya dimalam itu. Meski terasa sakit..aku malah minta lagi,”. Baru tiga ronde, hari sudah pagi. ”Papah” teriak Heny. ”Papah tidur di mana,” tanya Heny kepada papahnya. ” Tidur disopa depan TV,” jawab papahnya. ”Rahma mana,” tanya Heny kepada papahnya. Padahal aku sebenarnya belum tidur.
”Masih tidur dikamarnya. Jangan dingganggu, biar aja dia tidur. Tadi malam dia menunggu Heny sampai papah pulang,” kata papahnya, kepada Heny. Padahal aku sebenarnya belum tidur. ”Baru pertama kali aku nginap dirumah, mahkotaku hilang diterobos rudal-Nya papah Heny, yang aku anggap selama ini sebagai ayahku sendiri”.
Teganya papah Heny menghancurkan masa depanku. Saat pertama kali aku melakukannya, bergejolak amarahku kepada papah Heny. Lama-lama aku kesenangan, apa lagi setiap aku habis melakukan hubungan intim dengan papah Heny, aku selalu diberikan sesuatu. Celana baru, baju baru, dan bahkan uang yang tak sedikit jumlahnya.
Layaknya orang dewasa, setiap ada kesempatan bertemu, aku dan papah Heny selalu menyempatkan melakukannya, terkadang dimobil, saat papah Heny mengantar aku pulang kerumah. Namun akhirnya, hubungan yang tak lajim itu, ketahuan Heny. Hubungan aku dan Heny retak, sekolah tak lagi dijemput. (Cerita selanjutnya. Petualangan cinta ibu, om Herman dan aku)

Pemprov Bantah, Pejabat Tinggalkan Rakyat

Laporan: Alfrid U

PALANGAKA RAYA-
Menanggapi tudingan miring Walhi Kalteng, Sekretaris Daerah Provinsi Kalteng Tampunah Sinseng melalui Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Kalteng, Kardinal Tarung membantah keras bahwa jajaran pejabat pemprov yang dipimpin Gubernur Kalteng ke Jakarta, tidak memperdulikan dan telah meninggalkan rakyat di tengah bencana.
Menurut Kardinal kepergian para pejabat tersebut, lantaran pertemuan penjajakan pasar pasar (pre market sounding) pembangunan rel kereta api rute Palaci – Bangkuang, yang semula di agendakan di Palangka Raya, batal dilaksanakan lantaran kondisi Kalteng yang tidak memungkinkan pendaratan pesawat membawa rombongan dari Jakarta.
“Kegiatan di Jakarta ini tidak mengindikasikan ketidakpedulian terhadap keadaan yang terjadi di Kalteng sekarang,” ucap Kardinal, seraya menyayangkan tudingan Walhi Kalteng tersebut, yang menganggap pejabat tidak peduli dengan bencana kabut asp di Kalteng.
Ditegaskannya, pemprov, pemkab dan pemko se-Kalteng telah berupaya sepenuhnya untuk mengatasi bencan yang terjadi di Kalteng, dengan mengaktifkan kembali posko-posko kebakaran disemua daerah hingga ke tingkat desa.
“Gubernur sendiri telah mencabut Pergub No 52 tahun 2008. Kemudian melaksanakan deklarasi stop asap, stop kebakaran dan stop bencana. Menyatakan siaga darurat penanggulangan bencana kebakaran, mendatangkan pesawat penyemai hujan buatan dan lainnya, itu semua adalah upaya yang dilakukan untuk mengatasi asap di Kalteng,” tegasnya.
Kardinal menambahkan, tahap penjajakan pasar (pre market sounding) pembangunan rel kereta api rute Palaci – Bangkuang, terpaksa dilaksanakan di Jakarta akibat kondisi yang tidak memungkinkan di Kalteng, padahal, rencana sebelumnya dilaksanakan di Palangka Raya.
“Ini bukan bermaksud menghindar dari bencana, tak ada indikasi seperti itu. Tahap ini harus tetap dilaksanakan dengan tempat yang dipindah ke Jakarta dengan terpaksa,” kata Kardinal.
Menurutnya, apabila tahap penjajakan pasar tersebut ditunda, akan berpengaruh pada tahapan pekerjaan selanjutnya. Selain itu, pre market sounding ini merupakan agenda nasional yang telah dijadwalkan sebelumnya dalam buku biru Bappenas.
Terkait rencana pembangunan rel KA yang tak disetujui Walhi karena dinilai merusak lingkungan, Kardinal mengatakan, pembangunan rel tersebut tidak merusak ekologi dan telah melalui kajian tim di lapangan.
“Pemprov justru berusaha keras menjaga kelestarian alam. Misalnya, saat ada rencana pembangunan rel lintas provinsi Kaltim – Kalteng, Gubernur Kalteng menolak keras rencana pembangunan tersebut karena menabrak hutan lindung,” katanya.
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang SH sebelumnya mengatakan, terpaksa terpaksa memindahkan acara pre market sounding di Palangka Raya ke Jakarta karena cuaca Kalteng yang masih belum stabil dan masih diselimuti asap. Selain, itu keputusan dan Kepala Bandara Tjilik Riwut menutup sementara bandara juga menjadi pertimbangan.
“Saya sangat sedih dan kecewa, tapi, keputusan ini terpaksa harus ditempuh karena memang dari awal Menteri Bappenas mengharapkan di Jakarta, tapi saya mendorong agar dilaksanakan di Palangka Raya dan telah dikabulkan, namun batal karena asap,” katanya.
Menurutnya, pembatalan acara di Palangka Raya itu, merupakan kerugian bagi daerah ini, pasalnya, undangan yang hadir dari berbagai negara, dengan jumlah peserta keseluruhan mencapai 150 orang termasuk investor asing. (*/Radar Sampit)

WALHI: Pejabat Kalteng Tinggalkan Rakyat di Tengah Bencana

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Ditengah bencana asap melanda rakyat Kalimantan Tengah (Kalteng). Justru jajaran pejabat Pemprov Kalteng termasuk sejumlah Bupati malah ngeluruk ke Jakarta, terkait penjajakan pasar (pre market sounding) pembangunan rel kereta api di Kalteng. Mengundak kritik pedas dari Walhi Kalteng.
Direktur Eksekutif Walhi Kalteng, Arie Rompas, menilai kepergian pejabat tinggi Kalteng ke Jakarta, seakan tak memperdulikan bencana kabut asap yang masih melanda Bumi Tambun Bungai.

“Pejabat kalteng telah meninggalkan rakyat dengan pergi rapat ke Jakarta, sementara rakyat masih menghirup asap,” ujarnya, kepada sejumlah wartawan disela-sela pembagian masker gratis di bundaran besar Palangka Raya, Jumat (11/9) kemarin.
Menanggapi sikap pejabat Kalteng tersebut, Walhi merasa prihatin, karena saat ini rakyat lagi mengalami bencana, pejabat malah tidak berda di tempat untuk memikirkan situasi dan kondisi bencana (asap) yang dialami rakyatnya. “Rakyat menderita, mereka (pejabat, red) malah enak-enakan di Jakarta,” ungkapnya.
Pria asal Sulawesi Utara ini yang akrap disapa Rio, menandaskan, seharusnya para pejabat tersebut lebih mengutamakan kondisi Kalteng yang masih dilanda bencana, ketimbang menggelar rapat untuk mengeksploitasi sumber daya alam wilayah ini.
“Kita prihatin sekali dengan kelakuan pejabat seperti ini, bahwa kemarin (saat pemilu) mereka dimobilisasi untuk kepentingan politik, namun, saat ada bencana, mereka ditinggalkan begitu saja tanpa ada sosuli dan penanggulangan. Seharusnya para pejabat tersebut tetap standy by di Kalteng sampai bencana berakhir,” tandasnya.
Terkait penanganan asap yang dilakukan pemda selama ini. Rio menilai, Pemda tidak melihat akar persoalan, pasalnya, upaya yang dilakukan selama ini nampak sia-sia, misalnya pengerahan pemadam kebakaran dengan menggunakan mesin penyemprot air, padahal sumber air kering akibat musim kemarau, sehingga upaya pemadaman tidak maksimal.
“Seharusnya, dilain sisi kita menanggulangi, di lain sisi juga harus mulai menghentikan kerusakan lingkungan terutama di lahan gambut, yakni dengan menghentikan aktivitas perkebunan besar di lahan gambut,” katanya.
Pemberian izin perkebunan kelapa sawit di lahan gambut oleh pemerintah daerah salah satu menjadi persoalan, apabila tidak dihentikan, karena akan merusak lahan tersebut dan menjadi sumber bencana seperti asap yang dialami rakyat Kalteng selama ini. ”Pemda harus bertanggungjawab. Asap yang kita hirup saat ini, sebagain besar dikontribusi oleh kebijakan pemda,” ucap Rio.
Menyinggung pembangunan rel kereta api. Walhi menyatakan tidak setuju,, pasalnya, jika rel dibangun, hanya akan mempercepat ekploitasi SDA Kalteng dan mengancam lingkungan serta keberadaan masyarakat setempat.
”Kalau pemerintah berdalih pembangunan rel untuk menarik banyak lagi investor, dan meningkatkan kesejahtraan rakyat Kalteng. Buktinya, Barito Timur banyak investasi tambang justru terminkin di kalteng, demikian Kabupaten Seruyan, Kotim, dan Katingan yang banyak lahan perkebunan kelapa sawit, malah sumber kemiskinan,” pungkasnya.
Terkait dengan aksi sosail, Walhi Kalteng membagikan masker secara gratis sebanyak 30 masker dan akan menyusul pembagian gratis obat tetes mata. Namun obat tetes mata, terhambat datang dari Jakarta lantaran pesawat belum bisa mendarat di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, jajaran pejabat Pemprov Kalteng termasuk sejumlah Bupati, melaksanakan tahap penjajakan pasar (pre market sounding) pembangunan rel kereta api di Kalteng rute Palaci – Bangkuang di Jakarta, yang dijadwalkan Jumat kemarin.
Rapat tersebut semula rencananya dilaksanakan di Palangka Raya, namun, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang SH terpaksa memindahkan agenda nasional tersebut ke Jakarta karena kondisi Palangka Raya yang masih berkabut dan aktivitas Bandara yang masih belum normal. (*/Radar Sampit)

Walhi Gandeng Radar Sampit Selenggarakan Diskusi RSPO

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Pasar minyak sawit Indonesia akan semakin tertutup disaat pengelolaan perkebunan sawit Indonesia sebagian besar tidak memenuhi prinsip dan kriteria minyak sawit berkelanjutan (sustainable palm oil) yang telah disepakati oleh berbagai pihak dalam pertemuan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Menurut Direktur Eksekutif Walhi Kalteng Arie Rompas, para pembeli dan distributor terbesar produk menggunakan minyak sawit telah memiliki komitmen kuat untuk pemenuhan prinsip dan kriteria tersebut. Termasuk para bank pemberi pinjaman. Bila sudah seperti ini, apakah ada perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pengolah minyak sawit Indonesia yang memenuhi prinsip dan kriteria tersebut?
“Untuk mencapai sustainable palm oil ada 8 prinsip dan 39 kriteria yang harus dipenehuhi para industri kelapa sawit di Indonesia. Inilah yang kita pertanyakan dalam diskusi panel nanti,” ujarnya kepada Radar Sampit di Palangka Raya, Kamis (10/9) kemarin.
Dikemukakannya, di Indonesia sendiri, saat ini telah tercatat 5 perusahaan besar yang sudah mendapatkan sertifikasi RSPO, yaitu Musim Mas Group, Wilmar Group, London Sumatera, Hindoli, dan Sinar Mas Group. Sementara di Kalteng yang telah mendapatkan dan sedang mengajukan sertifikasi RSPO, seperti Musi Mas, Wilmar group, Simedarby, UP (United Plantation) Sinar Mas, dan IOI.
“Mengingat keberadaan perusahan-perusahan tersebut berada di wilayah Kotawaringin. Inilah menjadi pilihan, kenapa menggandeng Radar Sampit sebagai mitra kerja, penyelenggaraan diskusi ini,” ungkap pria asal Sulawesi Utara, yang akrap disampa Rio ini.
Rio berharap industri perkebunan kelapa sawit yang masuk dalam anggota RSPO bisa ambil bagian didalam acara diskusi. Mengingat acara tersebut sebagai bagian dari sosialisasi RSPO, dan anggotanya yanga ada Kalteng. “Publik akan bertanya sejauh mana para industri perkebunan sawit bisa memenuhi komitmennya menerapkan 8 prinsip dan 39 kriteria, sustainable palm oil,” imbuh Rio.
Pasca meningkatnya harga minyak sawit di pasaran dunia dan akibat isue biofuel sebagai salah satu energi alternatif pengganti energi fosil yang mulai menipis, industri kelapa sawit di Indonesia khususunya di Kalteng menunjukan pertumbuhan yang positif.
Akan tetapi konsekuensi dari meningkatnya pertumbuhan industri sawit, disadari atau tidak akan muncul problem lingkungan, terutama disektor hulu, akibat dari pembukaan hutan untuk lahan perkebunan kelapa sawit tanpa memperhatikan kelestarian dan keberlanjutannya.
“Selain itu konflik tanah dan dampak sosial yang diakibatkan oleh industri ini mulai menjadi ancaman serius dikarenakan menciptakan kecenderungan potensi konflik atas pengelolaan kawasan dan kesejahteraan buruh diperkebunan,” beber Rio.
Terpisah, Pemimpin Redaksi Radar Sampit, Ajid Kurniawan, S.Hut, kepada panitia pelaksana, menyambut postif kegiatan yang digagaskan Walhi Kalteng tersebut.
Meski demikian, masuknya Radar Sampit sebagai bagian dari penyelenggara, bukan berarti Radar Sampit bisa di intervensi dari pihak manapun, termasuk Walhi.
Penegasan orang nomor satu dijajaran redaksi tersebut untuk mengcounter bila ada opini miring berkembang. “Sebagai media yang independen mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi, yang tentunya berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum,” tegasnya.
Lebih lanjut Ajid Kurniawan, menjelaskan, fungsi Radar Sampit hanya sebatas Event Organizing (EO) yang melaksanakan sesuai kerangka acuan yang di sampaikan Walhi Kalteng sebagai penggagas kegiatan.
Adapun peserta diskusi yang diundang, sesuai kerangka acuan dari Walhi, diantaranya 3 dinas dan 2 badan terkait dilingkungan Pemprov kalteng, 5 perusahan sawit anggota RSPO, kelompok akademisi 2 lembaga, kelompok masyarkat 5 orang, dan kelompok mahasiswa 3 lembaga.
”Karena harapannya kegiatan ini dapat tersosialisasi dengan baik ke publik, baik di tingkan lokal mapun nasional. Sesuai dengan permintaan Walhi, Radar Sampit juga mengundang kelompok pers dari 19 media cetak dan elektronik, local mapun nasional,” jelas Ajid.
Dia menambahkan kegiatan tersebut dilaksanakan, Sabtu (12/9) di Hotel Dandang Tingang, Palangka Raya, pukul 15.00-18.00 Wib di Hotel Dandang Tingang, Palangka Raya, sekaligus dirangkaikan dengan buka puasa bersama. Dengan menghadirkan narasumebr dari Walhi Kalteng, Sawit Watch Bogor, Dinas Perkebunan Provinsi Kalteng, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalteng, Perusahaan Anggota RSPO dan Akademisi.
“Sayangnya hingga sampai hari ini Radar Sampit sebagai EO belum mendapat konfirmasi terakhir dari narasumber perusahan anggota RSPO, sedangkan narasumber yang lainnya sudah menyatakan kesiapannya,” pungkas Ajid. (*/Radar Sampit)

SOB Sebut Pemerintah Ikut Berkontribusi dengan Bencana Asap

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA–
Sedikitnya 66 titik panas (hot spot) yang dididuga berada di lokasi perkebunan kelapa sawit di wilayah kotawaringin. Bahkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Kalteng menduga kuat hot spot tersebut bukan lagi titik panas, melainkan titik api.
Terkait dengan hal tersebut Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang telah meminta kepala daerah untuk melakukan croscek lapangan. Namun hingga saat ini belum satupun kepala daerah yang melaporkan hasil croscek lapangan tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Save Our Borneo (SOB) Nordin, menyebutkan ada sesuatu hal, antara kepala daerah dengan pemilik perkebunan. Meski BLH telah merilis dan menduga kuat bukan lagi titik panas, melain titik api yang berada di 66 di lahan perkebunan sawit, pasti selalu dikatakan tidak ada.
”Inikan sangat aneh. BLH jelas-jelas merilis ada 66 titik api dikawasan perkebunan. Tetapi dari kepala daerah justru mengatakan daerahnya bebas kebakaran,” ujar Nordin kepada Radar Sampit di Palangka Raya kemarin.
Dikemukakan Nordin, hal tersebut terjadi karena pemerintah setempat tidak lagi bisa mengontrol ambisinya untuk meredam pertumbuhan investasi sawit. Pemerintah tidak pernah menghitung dengan cermat berapa sebenarnya kemampuan ekologi Kalteng yang sanggup menampung luasan sawit.
“Buktinya meski lahan sudah tidak tersedia, pemerintah terus memberikan izin kepada perkebunan sawit, tanpa menghitung dampaknya kedepan. Apa yang terjadi saat ini, itu dampak dari ketidak cermatan pemerintah itu sendiri,” ungkapnya.
Nordin menandaskan, perusahaan perkebunan menggunakan cara-cara yang rapi untuk melakukan pembersihan lahan (leand clearing) dalam rangka menghindari tudingan pembakaran lahan. Misalnya, perusahaan melibatkan sub kontraktor supaya persoalan leand clearing bukan lagi menjadi tanggungjawab perusahaan, sekali pun proses pembersihannya dengan cara dibakar.
”Secara tidak langsung sebenarnya kondisi sekarang ini juga menyeret pemerintah ikut berkontribusi terhadap bencana asap yang disebabkan hasil pembakaran lahan dari perusahaan perkebunan sawit itu,” tandas Nordin.
Melihat dari aspek ekonomi, Noordin berpandangan, pemerintah tidak menghitung break even poin (BOP) atau titik jenuh luasan dan produksi sawit dari tahun ketahun, sehingga perkebunan besar swasta (PBS) di Kalteng terus dan terus bertambah luas.
“Kalau pemerintah menyadari, sebenarnya cara ini justru membuat cost negara bertambah bengkak. Misalnya, infrastruktur harus dibangun kembali dan lain sebagainya,” jelas Noordin.
Lebih lanjut ditambahkan, kemampuan antisipasi dini bencana asap yang dilakukan pemerintah sangat memperihatinkan. Dimana, tindakan yang dilakukan pemerintah hanya bersifat reaksioner saja, bukan visioner. Padahal, bencana asap kata dia, bisa dibilang musibah tahunan yang datang hampir setiap setahun sekali. Anehnya, tidak pernah diantisipasi. Asap muncul, baru pemerintah kalang kabut.
“UU penanggulangan bencana sejauh ini belum diimplementasikan pemerintah daerah, termasuk belum adanya badan daerah penanggulangan bencana sesuai amanat UU itu sendiri,” imbuhnya. (*)

Diprediksi Habiskan Rp 50 Miliar Lebih

Pilgub Kateng Tahun 2010

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Kalteng Faridawati Darlan Adjeh memprediksi anggaran pemilihan gubernur (Pilgub) Kalteng tahun 2010 mendatang bakal menghabiskan anggaran daerah hingga mencapai Rp 50 miliar lebih.
Prediksi tersebut, didasarkan pada pilgub 2005 lalu, honor petugas KPPS dibebankan kepada setiap daerah, sedangkan, pilgub 2010, petugas KPPS, honornya minimal sama dengan pelaksanaan pemilihan presiden 2009 dengan mempertimbangkan inflasi.
“Anggaran (pilgub) masih digodok, karena ada perbedaan dengan pilgub 2005, khususnya untuk honor petugas KPPS,” ujar Farida di Palangka Raya, seraya mengatakan, ia belum berani merinci lebih jauh besar anggaran yang dibutuhkan.
Diekukakannya, besaran honor tersebut pada pilpres lalu, ketua KPPS Rp 350 ribu, anggota KPPS Rp 300 ribu, dan tenaga pengamanan Rp 275 ribu. Sedangkan untuk ketua PPK Rp 1 juta dan anggota Rp 750 ribu.
“Honor petugas KPPS masih standar pilpres, kalau lebih rendah mereka bisa tak mau kerja. Yang dulu aja mereka komplain, apalagi yang pilgub,” ungka Fardida. ”Padahal pembayaran honor tersebut hampir menghabiskan dana hingga Rp 40 miliar miliar,” timpalnya.
Farida, mengemukakan, pada pilgub 2005 lalu, pihaknya mengajukan dana sebesar Rp 32 miliar, belum termasuk biaya honor petugas di lapangan. Secara keseluruhan, pilgub yang dimenangkan pasangan Agustin Teras Narang SH dan Ir H Achmad Diran tersebut, menghabiskan hampir Rp 50 miliar.
”Untuk rincian anggaran yang dibutuhkan pada pilgub 2010 mendatang, kami akan menggelar rapat koordinasi melibatkan seluruh KPU daerah dan kepala daerah se-Kalteng setelah lebaran mendatang,” ucap Garida.
Terkait jadwal pelaksanaan, sesuai hasil rapat KPU Kalteng, dilaksanakan pada 5 Juni 2010. Jika terjadi putaran kedua, dilaksanakan 29 September 2010. Rencananya, pilgub digelar bersamaan dengan pemilihan kepala daerah Kotawaingin Timur dan Kotawaringin Barat untuk menghemat anggaran.
“Pendaftaran calon dilaksanakan Maret, tapi ini belum final dan masih bisa berubah,” katanya.
Menurutnya, tahapan jadwal pelaksanaan Pilgub rencananya Desember 2009 akan dikeluarkan. “Begitu keluar, KPU langsung melakukan sosialisasi ke seluruh kabupaten/kota terkait pelaksanaannya” katanya. (*/Radar Sampit)

Wahyudi Mulai Ragu Maju KH-1

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Keraguan maju menjadi calon gubernur (cagub) pada tahun 2010 mendatang, mulai menlanda Wahyudi K Anwar. Setelah empat Partai Politik (Parpol), ramai-ramai menyatakan menutup pintu bagi pencalonan Wahyudi K Anwar tersebut sebagai calon gubernur (cagub) Kalteng.
Padahal senter disebut, Wahyudi K Anwar calon kuat, karena diusung empat Parpol, seperti PAN, PPP, PKB dan Demokrat, melawan kandidat incumbent Agustin Teras Narang, calon satu-satunya yang diusung PDI Perjuangan.
”Tidak ada pencalonan-pencalonan, sayakan masih menjabat bupati,” ujar Wahyudi, kepada Radar Sampit ketika disambangi usai pelantikan Direksi dan Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan Kalteng di Palangka Raya, Sabtu (4/9) lalu.
Menurut Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) ini, hingga sampai saat ini ia belum pernah menyatakan diri bakal maju ambil bagian pada pemilihan gubernur (pigub) tahun 2010 mendatang, sebab dirinya saat ini masih memfokuskan diri pada tugas sebagai bupati.
”Kata siapa saya maju. Tugas belum selesai malah mau mencalokan diri lagi jadi gubernur. Ngga ada, pencalonan-pencalonan. Saya yang penting menyelesaikan dulu tugas saat ini, baru mikir yang lain-lainnya,” ucap Wahyudi K Anwar.
Pernyaatan bupati dua periode tersebut, seakan menyiratkan keraguan dirinya, setelah empat partai ramai-ramai menyatakan menutup diri. Padahal seneter diberitakan dirinya bagkal maju pada pilgub nanti. Keseriusan Bupati Kotim dua periode maju menjadi cagub juga tersirat dalam situs pertemanan ww. facebook.com. ”Wahyudi For Gubernur”.
Seperti diberitakan sebelumnya, satu persatu partai besar memberi sinyal peluang tertutup bagi pencalonan Wahyudi K Anwar maju sebagai Cagub Kalteng pada pemilihan gubernur (pilgub) 2010 mendatang. Setelah PAN dan PPP mengaku kapok, kini giliran Partai Demokrat memberi sinyal tertutup.
Dua partai Islam tersebut, setelah sukses mengusung Wahyudi K Anwar sebagai Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), mengaku, akan mempertimbangkan kembali masuknya nama Bupati Kotim dalm bursa pencalonan gubernur. Lantaran dinilai selama menjabat jadi bupati, tak berkontribusi banyak bagi partai pengusung.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Kalteng Didik Salmidarji, kepada Radar Sampt mengungkapkan, pada pencalonan gubernur dan wakil gubernur 2010 mendatang, Partai Demokrat lebih mengutamakan bagi kader partai murni. Dengan demikian, yang bukan kader murni, peluangnya tertutup.
“Untuk partai demokrat kedepan dalam pencalonan guberbur, mapun bupati/walikota lebih mengutama calon kader murni dari partai,” ujar Didik, ketika disambangi usai pengambilan sumpah/janji anggota DPRD Provinsi Kalteng, baru-baru ini di Palangka Raya.
Menurut anggota DPR RI terpilih untuk periode 2009-2014 ini, sesuai mekanisme partai. Partai Demokrat tentunya lebih mengeutamakan kader-kader partai murni, oleh karena itu pihaknya akan menjaring bakal calon gubernur, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga desa/kelurahan.
“Penjaringan bakal calon nantinya, kita akan memberi peluang seluas-luasnya kepada kader baik yang ada di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga desa/kelurahan. Kalau memang memenuhi syarat, kenapa harus ngambil yang bukan dari kader partai,” ungkap lawan politik Wahyudi K Anwar pada pilbub 2005 ini.
Bagaimana ia menanggapi namanya masuk dalam bursa pencalonan gubernur dan wakil gubernur? Kalau nama saya disebut-sebut sebagai calon kuat. “Saya ucapkan terimakasih, syukur alham dulillah. Kalau masih diberi umur panjang, apa salah kalau saya menghabiskan pengabdian saya di Kalteng,” jawab Didik.
Kebali ditanya apakah bersedia dipasangkan sebagai wakil dari calon gubernur dari PDI Perjuangan, seperti seneter disebutkan sebagai pasangan calon yang memiliki peluang kuat. Secara politis Didik yang juga mantan Bupati Kotim ini, mengisyaratkan menerima tawaran tersebut.
Sebaliknya ia juga mengaku siap dicalonkan sebagai KH-1, bila kader-kader partai Demokrat dan masyarakat Kalteng akar rumput. Tentunya melalui mekanisme partai, menginginkan dirinya maju pada bursa pencalonan pilgub tahun 2010 mendatang. “Sekali lagi saya tegaskan, kalau Didik umurnya panjang, berarti Didik ada didalamnya,” ungkap Didik.
Dengan masuk namanya dalam bursa pencalonan, apalagi dirinya telah menyatakan siap. Bagaiaman ia menanggapi, masuk nama Wahyudi K Anwar dari Partai Demokrat. Dengan gamblang Didik mengatakan, tetap mengutamakan kader partai murni.
“Tetapi semua tergantung kader. Makanya kader-kader partai, masuk dalam penjaringan. Nama-nama bakal calon, hasil penjaringan inilah yang kemudian diajukan ke pimpimpinan pusat, kalau dikatakan layak, dialah yang maju pada pencalonan gubernur mendatang,” jelas Didik.
Didik menambahkan, dari perolehan kursi di DPRD Provinsi Kalteng, yang hanya memperoleh 6 kursi, memang tidak memungkinkan Partai Demokrat maju sendiri, harus berkoalisi dengan partai lain. “Jadi pencalonan nanti, baik sebagai cagub mapun cawagub tentunya atas kesepakatan partai-partai koalisi. Jadi kita lihat nanti siapa partai koalisi Demokrat,” pungkasnya. (*)

10 Sep 2009

Ibu Goyang di Atas Sopa

Pengakuan Seorang Ladies Karaoke yang Sukses (3)

Oleh: Alfrid U

KISAH
petualang cinta ibu dengan Paman Ojek berakhir sudah. Tiga bulan tunggakan sudah dibayar lunas dengan menggadaikan harga dirinya. Pergi ke toko tak lagi antar paman ojek, demikian pulangnya juga tak diantar lagi bos toko. Tapi yang menjadi pertanyaanku, waktu itu, dari mana ibu dapat duit pakai beli motor baru?
Setahun sudah berlalu, aku dan Heny naik kelas. Sekarang kelas dua SMP. Aku dan Heny tak satu ruangan lagi, Heny Klas IIa, sedangkan aku Klas IIb. Meski terpisah ruangan klas, kami tetap sahabat sejati. Pulang sekolah, seperti biasa aku selalu mampir kerumah Heny, dan pulang malam hari.
Usiaku bertambah satu tahun, waktu duduk di semester pertama, Klas II SMP aku berusia 14 tahun. Sedangkan Heny masih muda dua bula dari aku. Seperti biasa kalau sudah hari Jumat, kami selalu pulang sekolah lebih awal dari biasanya. Heny kembali mengajak aku kerumahnya.
”Rahma, ketempat aku yu,” ucap Heny mengajak. ”Ya, tapi antarkan aku dulu kerumah ganti pakaian,” jawabku. ”Papah antarkan Rahma dulu kerumah ganti seragamnya. Habis itu kita langsung pulang kerumah,” pinta Heny kepada ayahnya.
”Ya, tapi kita ke-toko dulu beli kaos kaki buat ayah,” ucap ayah Heny. ”Oke ayah,” sahut Heny. ”Om belikan Rahma kaos kaki dong. Masa anak keduanya ngga dibeliin kaos kaki juga?” ucapku waktu itu. Sebenarnya guyon, tapi ditanggapi serius papah Heny. ”Oke, Heny kamu beli apa,” tanya ayahnya. ”Beli sneck aja, buat kami berdua Rahma dirumah nanti,” jawab Heny.
Kami bertiga dari sekolah meluncur ketoko sepatu. Papah Heny mengambil kaos kaki motif garis hitam putih dua pasang. Sementara aku pilih kaos kaki warna ping, juga dua pasang. Satu motif kupu-kupu, yang satunya lagi motif bunga mawar merah yang baru merekah.
Dari toko, mobil Escudo warna hitam metalik itu langsung membawa kami ke rumah, mengantarkan aku mengambil pakaian. Sampai didepan gang, aku menawarkan Heny dan papahnya main kerumah. Tapi hanya papahnya yang turun dari mobil dan lalu mengikutiku kerumah, sementara Heny milih tinggal didalam mobil, alasannya panas dan malas jalan jauh.
Sampai dipintu rumah, papah Heny kembali menggoda aku. Sambil memegang tangan kananku, ia bilang. ”Rahma, kamu benar-benar cantik dan montok,” ucap papah Heny menggoda aku. Tapi aku diam dan langsung masuk kedalam rumah. Sementara papah Heny menunggu di luar rumah.
Saat aku keluar, baru didepan pintu papah Heny mulai lagi menggoda aku. Dari depan rumah sampai hampir keluar gang, papah Heny tak henti-hentinya menggoda aku. Ia bilang aku cantik, imut, montok, dan seksi. Baru aku sadar, ternyata diam-diam papah Heny memperhatikan tubuhku yang berbalut ukensi.
Sampai di mobil, papah Heny sekan membisu. Mungkin takut sama Heny kaliiii. Dari tempatku, kami langsung meluncur kerumah papah Heny. Kalau dulu waktu sama-sama satu ruang klas kami sering mengerjakan tugas sekolah bersama-sama, tapi sekarang sudah jarang lagi, paling-paling kalau ada tugas sekolah dari masing-masing guru kals kami diskusikan saling minta masukan.
Banyak hal yang kami lakukan di rumah Heny, yang pasti nonton dan main Play Station (PS). Kalau ada komik yang baru, kami sama baca komik. Tak terasa waktu menunjukan pukul 20.30 Wib. ”Om antarkan Rahma pulang,” pintaku.
Kunci mobil yang tersimpan diatas meja dekat TV langsung diraih papah Heny. ”Okeeee....tuan putri,” jawab papah Heny kembali menggoda aku. Saat itu Heny juga ikut mengantar aku pulang. Selama diperjalanan hanya aku dan Heny yang banyak bicara, sementara papah Heny hanya ikut tertawa, saat temanku Heny cerita yang lucu-lucu.
Seperti biasa turun dari mobil harus melanjutkan kembali berjalan kaki menempuh 25 meter baru sampai dirumah. Tak ada yang aneh dirumah, ibu dengan santai nonton VCD. Aku langusng pergi kedapur cuci muka dan gosok gigi, kemudian masuk kamar lalu tidur. Sedangkan ibu masih nonton di ruang tamu depan.
Esok paginya aku bangun, membersihkan tempat tidur lalu kemudian mandi dan seperti biasa pergi kesekolah. Masih dengan setianya Heny dan papahnya memjemput aku dari rumah. Pulang sekolah ngumpul kembali di rumah Heny. Tapi kali ini aku pulang lebih cepat lagi dari biasanya, kira-kira menjelang magrib.
Tak lama kemudian, kira-kira berselang lima menit datang ibu mengendarai motor barunya. Hari sudah mulai gelap, datang suami pemilik toko kerumah kami. Kedatangan pemilik toko kerumah untuk kali pertamanya. ”Santi itu siapa” tanya peilik toko pada ibuku. ”Oh itu ponakan, kebetulan dia menemani aku tinggal disini,” ucap ibu. Mendengar pengakuan ibu, aku tunduk terdiam.
Waktu itu ibu dan pemilik toko berdiri diteras rumah depan, sementara aku berada di kamar tamu depan. Pemilik toko itu tanya sambil melongok kedalam ruang depan dari balik pintu. Tak lama kemudian, mungkin kira-kira 10 menit, pemilik toko tersebut pamit pulang.
Ibu masuk kerumah dan kemudian menutup pintu. ”Bu, tumben-tumben pemilik toko kerumah kita?” tanyaku waktu itu. ”Oh, bos ngatar BPKB Motor”. ”Memangnya motor itu punya siapa, kok lama benar ibu pakai motor itu baru dikasih BPKB-nya?” tanyaku kepda ibu. ”Ia ini dibeliin pemilik toko buat ibu, katanya kasihan sama ibu”. Terjawab sudah, dari mana duit ibu beli motor baru.
Tetapi dalam hatiku kembali bertanya. ”Begitu baiknya pemilik toko sampai-sampai membeli ibu motor?” ucapku dalam hati. Tetapi aku tak mau berpikir negative thinking, semua aku anggap positif.
Waktu menunjukan pukul 22.30 Wib, malam itu tidak ada acara nonton bersama, masing-masing masuk kamar dan lalu tidur. Hari itu ibu bangun lebih cepat dari aku. Saat aku bangun ibu sudah siap-siap berangkat ke toko. Melihat ibu sudah siap aku bergegas bangun dan kemudian mandi, lalu mengenakan pakaian sekolah.
Walapun ibu sudah terlihat rapi, karena toko baru buka jam 08.00 Wib. Aku lebih dulu berangkat. Seperti biasa dijemput Heny dan papahnya. Pulang sekolah sudah pasti mampir dirumah Heny.
Hari itu aku pulang larut malam sekitar pukul 22.00 Wib, karena harus menemani Heny dirumah karena papahnya keluar daerah. Begitu aku sampai didepan gang dan keluar mobil, aku melihat ada mobil Kijang terpakir dijalan besar didepan gang.
Heny dan papahnya langsung pergi meninggalkan aku. Sambil berjalan menembusnya gelapnya malam itu, hatiku selalu bertanya, tak kusadari sampai juga didepan pintu rumah, dan kemudian membuka pintu.
”Allahma..... ternyata ibu sedang bergoyang diatas sopa, bersama pemilik toko!!!”. Tak aku sadari tubuhku lunglay terhempas di lantai teras rumah. Saat aku sadar sudah diatas kasur. Begitu aku bangun pemilik toko sudah tak ada lagi dirumah kami. Lantas ibu minta maaf padaku, ibu bilang semua terpaksa karena keadaan.
Tapi aku diam membisu, tak ada sepatah katapun aku ucapkan dimalam itu. Ku pandang wajah ibu, ibu menundukkan kepalanya, meneteskan air matanya sambil berkata.
”Maafkan ibu Rahma. Taka ada lagi yang bisa ibu perbuat untuk menyambung hidup kita. Untuk kebutuhan kamu sekolah, yang semakin hari biaya semakin besar,” ucap ibu mengeluh, sambil menangis tersendu-sendu.
Hatiku luluh mendengar pengakuan ibu, ternya begitu besar pengorbanannya bagi keluarga setelah ditinggal mati ayah. Ibu lantas bekata kepadaku. ”Rahma biarkan ibu menanggung semua derita ini. Ibu rela melakukan semuanya hanya untuk kamu. Kelak ibu berharap kamu harus jadi orang sukses,” pesan ibu kepadaku.
Sejak saat itu aku bertekat, apapun caranya aku harus keluar dari belengku kemiskinan. Kalaupun aku jadi pelacur sekalipun, aku harus sukses. Hanya satu tekatku, tak akan pernah aku makan dari hasil mengemis apalagi hasil mencuri. Lebih baik jadi pelacur dari pada jadi pencuri, apalagi mencuri uang rakyat.
”Rasanya lebih terhormat melacur dari pada mencuri, apalagi menjadi koruptor,” ucapku meneguhkan semangat berjuang untuk mencapai sukses. Apa yang ibu rasakan sebenarnya bisa aku rasakan juga, betapa beratnya penderitaan yang ibu tanggung setelah ayah tiada.
Malam berganti pagi. Ibu dan aku malam itu hanya duduk termenung, merenung nasib tanpa tidur. Seperti biasa, meski mata terasa ngantuk, aku pergi ke kamar mandi, dan menyiapkan perlengkapan pakaian sekolah. (Cerita selanjutnya. Awal dari kehancuran hidupku)

8 Sep 2009

Ibu Rela Digauli Paman Ojek

Pengakuan Seorang Ladies Karaoke yang Sukses (2)

Oleh: Alfrid U

TEMAN-
teman sekolah panggil namaku Rahma. Orang bilang ibuku cantik, wajahnya mirip artis Sopia Latujuba, mantan istri musisi Indra Lesmana. Bekerja jadi pelayan toko, teman-teman seprofesi ibu tak ada yang tau, apalagi bos pemilik toko, kalau ibuku sudah menikah dan punya anak.
Selama ibu bekerja, berangkat ke toko, ibu selalu dijemput tukang ojek, pulangnya diantar pemilik toko. Terkadang istrinya yang mengantar, bisa juga suaminya, yang paling sering diantar suami istri pemilik toko.
Ibu berlangganan dengan tukang ojek, Rp 100 ribu per bulan. Sedangkan aku selalu dijemput teman, namanya Heny, teman satu ruangan klas. Heny sendiri di antar jemput sama om Frengky, ayah Heny, menggunakan mobil Escudo. Ayah Heny seorang kontraktor bersatus duda, ditinggal mati istrinya dua tahun lalu.
Setiap hari pergi kesekolah aku dijemput Heny, pulang diantar. Demikian ibu, pagi dijemput tukang ojek, sore diantar pemilik toko. Kondisi seperti ini rutin setiap hari. Suatu saat aku dari sekolah langsung kerumah Heny. Dari rumah Heny di Jalan HM. Arsad, arah Samuda, aku telepon ibu di toko. Aku kasih tau ibu, aku ada di rumah Heny teman satu klas.
”Ibu, aku dirumah Heny, mungkin pulangnya malam karena menemani Heny. Papahnya belum pulang dari Kasongan. Nanti, kalau papahnya sudah datang, baru diantar pulang,” kataku dengan ibu. Ibu lantas menjawab. ”Ya, hati-hati ya nak,” ucap ibu.
Sekitar pukul 20.00 WIB, tit..titttttt.....suara klakson mobil diluar pagar rumah. Rupanya papah Heny baru datang dari Kasongan Kabupaten Katingan. Kami berdua Heny langsung keluar. ”Heny kamu tinggal dirumah aja ya,” kata papahnya. ”Iya papah,” sahut Heny.
Untuk pertama kalinya aku diantar pulang papah Heny, tanpa didampingi temanku Heny. Karena kursi bagian depan kosong, aku diminta papahnya Heny duduk didepan. Sampai didepan gang rumah, begitu mobil berhenti, aku langsung membuka pintu mobil.
Saat kaki kiriku diturunkan ke tanah, sementara kaki kanan masih terlipat menempel di jok mobil. Tiba-tiba papah Heny bilang, dengan sura bisik-bisik. ”Rahma, kamu cantik,” sambil memegang tangan kananku. Sedangkan tangan kiriku masih memegang pintu mobil.
”Kamu mirip wajah ibumu,” timpal papah Heny. ”Ah masa, aku cantik. Om ngada-ngada aja,” jawabku. Saat tanganku di pegang, aku mersakan ada getaran, ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Bahkan saat aku mengatakan, ”Ah masa aku cantik om”. Aku merasakan nada bicaraku bergetar, air liurku mengental, seakan bibirku ditempel permen karet.
”Terimakasih om,” ucapku menyambut pujian papahah Heny. Kemudian aku langsung turun dan menutup pintu mobil. Om Frangky lalu kemudian menghidupkan mesin mobilnya, langsung pergi menembus gelapnya malam itu.
Saat aku pulang aku melihat, terparkir motor bebek Yamaha F1, warna merah yang biasa digunakan menjemput ibu ke toko. Pintu rumah masih terbuka, diam-diam aku menyelinap masuk. Aku melihat ibu dan tukang ojek sedang duduk nonton TV. Ibu kemudian menyapa aku. ”Siapa yang mengantar Rahma,” tanya ibuku. ”Heny sama papahnya,” jawabku langsung masuk kamar.
Lalu kemudian mengambil handuk dan masuk ke WC mandi. Saat aku membuka celana dalamku aku merasakan ada yang lain (maaf disensor...?) di ”anuku”. Celana dalam yang aku pakai terasa (sensor lagi..?). Akupun bertanya dalam hati. Apa yang terjadi dengan diriku?
Saat aku menyiram tubuh mungilku dengan air dan lalu menggosoknya dengan sabun mandi, di buah dadaku terasa mengencang, (sensor lagi...?) terasa mengeras. Saat aku membersihkan ”anuku” dan kemudian menggosoknya dengan tanganku, aku merasakan nikmat yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.
Setelah selesai mandi aku lalu keluar WC, dengan bersarungkan handuk setengah badan, langsung menuju kamar dan memasang pakaian tidur, lalu kemudian aku merabahkan tubuhku di atas kasur sambil memikirkan apa maksud papah Heny. Kenapa aku merasakan sesuatu yang beda saat tanganku disentuh papah Heny, dan kenapa pula di ”anuku” terasa aneh.
Sementara ibu dan tukang ojek masih ngoblor diruang tamu depan. Kira-kira setengah jam kemudian, akhirnya aku tertidur. Ketika aku bangun, ibu masih tertidur lelap, baru kali ini aku mendengarkan suara dengkuran ibu. Akupun langsung mandi dan mengganti pakaian tidur dengan pakian sekolah.
Tak lama kemudian, ibu bangun dari tidurnya. Tak aku sia-siakan kesempatan dengan ibu, akupun bertanya kepadanya. ”Bu paman ojeknya jam berapa pulang?”. ”Tauuuuu....., ibu ngga liat jam tadi malam. Mungkin jam sepuluh, kaliiii..,” jawab ibu.
”Paman ojeknya tadi malam itu nagih, aku bilang belum gajian. Pas aku mutar film yang dibawa om Herman, paman ikut nonton sampai habis film,” cerita ibu. ”Ibu sendiri jam berapa tidurnya,” tanya ku kepada ibu. ”Waduh jam berapa ya. Tadi malam setelah paman pulang aku mutar satu lagi film, kira-kira jam dua belas kali ya,” jawab ibu.
Dalam hati menyimpan tanda tanya, tapi aku tak kuasa betanya lebih dalam lagi. Ada apa dengan ibu dan paman Ojek? Akupun lantas mengemas barang-barang sekolah lalu memasukan ke tas sekolah, kemudian pergi meninggalkan ibu yang sedang membersihkan tempat tidurnya.
Seperti biasa aku dijemput Heny. Tak lama aku menunggu didepan gang, datanglah papah Heny. Didalam mobil sudah menunggu Heny. Kami pun langsung meluncur kesekolah. Hari itu hari Jumat, pulang agak cepat dari biasanya. Meski begitu, bukannya aku pulang kerumah, tetapi malah kerumah Heny.
Lagi-lagi, om Frangky minta aku menemani Heny di rumah. Katanya ia mau ke Perenggean, disana ada proyek pembangunan gedung sekolah SMP. Pukul 20.30 Wib, papah Heny datang dari Perenggean. Aku dan Heny diajak keluar mencari makan, setelah makan, aku dintar pulang.
Waktu menunjukan pukul 21.30 Wib, aku baru tiba di rumah. Didepan rumah, kembali terparkir Yamaha F1. Seperti biasa pintu rumah tidak terkunci, akupun langsung masuk, tapi aku tak melihat seorangpun di kamar tamu depan. TV masih hidup, film yang diputar sedikit ”panas”.
Saat aku mulai melangkah menuju kamar tidur, tak aku sadari saat membuka gorden kamar, aku melihat sosok pria tak mengenakan pakaian diatas tempat tidur. Sementara ibu duduk disamping, tubuhnya tak dibaluti sehelai kainpun. ”Maaf, kalau aku terlalu terbuka rcerita tentang pribadi keluarga,” ucap Heny seraya memotong ceritanya.
Rupanya dia paman ojek, langganan ibu yang tiap pagi mengantar ibu ke toko. Akupun spontan teriak, marah kepada ibu, kenapa ibu melakukan pekerjaan serendah itu. ”Ibuuu......Kenapa kau lakukan semua ini,” teriak-ku kepada ibu.
Paman ojek langsung bergegas bangun, dalam keadaan telanjang bulat, lalu ia mengambil pakaiannya dipojok kasur, kemudian dikenakannya, lalu pergi tanpa mengucap sepatah katapun. Tapi anehnya, sebelum pergi ia sempat memeluk erat tubuh ibu, dan mendaratkan ciuman kecil di kening ibu.
Aku tak kuasa menahan amarah pada ibu. Tapi ketika ibu berkata kepadaku. ”Nak ini semua ibu lakukan demi bayar utang langganan ojek ibu, yang numpuk selama tiga bulan ini. Darimana uang ibu bayar utang langganan ojek, uang untuk makan saja pas-pasan,” ucap ibu kepadaku.
Lantas aku terduduk diam, dan merenung. Ternyata ibu benar, saat ayah masih hidup, kami hidup berkecukupan, mulai dari kebutuhan makan, kebutuhan sekolah, kendaraan, semua terpenuhi. Tapi sayang, itu semua perlahan-lahan hilang, setelah ayah pergi untuk selama-lamanya, cerita Heny. (Cerita selanjutnya. Ibu dan Pemilik Toko)

Jadi Ladies Karaoke Karena Ditinggal Ayah Mati

Pengakuan Seorang Ladies Karaoke yang Sukses (1)

Oleh: Alfrid U

NAMAKU
Iramatalia Rahman, tentu bukan nama sebenarnya. Lahir 25 tahun lalu di Kota Sampit, Kotawaringin Timur. Karena aku bekerja menjadi pelayan di Karaoke, sebagai pramusaji plus-plus. Para lelaki hidung belang panggil namaku Ladies Ira.
Mulanya aku risih, tetapi lama-lama aku terbiasa. Karena aku sudah menyadari itulah konsekuensi yang aku tanggung sebagai seorang Ladies Karaoke, yang akrap dengan duia gemerlapnya malam, dan hingar bingar sura musik memecah gelapnya malam.
Aku memang Ladies Karaoke. Bagi kebanyakan orang, profesi Ladies Karaoke adalah pekerjaan yang hina. Aku pun menyadarinya, tapi pekerjaan hina ini terpaksa aku lakoni demi menyambung hidup, dengan satu tujuan untuk menggapai kesuksesan. Terjun kedunia Ladies Karaoke tampa sengaja aku jalani, awalnya hanya coba-coba, lantaran aku merasa hidupku tak berguna lagi.
Dua sosok pria yang aku anggap sebagai ayah, yang mampu membimbing hidupku, setah ditinggal mati ayah, ternyata saat aku tumbuh dewasa, kedua sosok pria yang aku anggap ayah itu, lebih kejam dari sekor Singa jantan. Tubuhku diterkam dan dikoyak-koyak hanya untuk memuas nafsu birahi mereka.
Meski aku seorang Ladies Karaoke, tak banyak orang yang tau, termasuk tetangga satu RT di Komplek Padat Karya, rumah tempat aku tinggal bersama keluarga. Tapi kini aku ingin berbagi cerita pengalaman hidup yang tak sempurna ini, walaupun sebenanya tak patut aku ungkapkan.
Curhatan hati, dari pengalaman hidup yang tak sempurna ini, paling tidak bisa mewakili orang yang seprofesi aku. Bahwa tak semua karena keinginannya jadi seorang hina, tetapi karena keadaan lah yang menjerumuskannya. Mudah-mudahan tak ada yang sama pengalaman hidupnya dengan apa yang aku alami.
Awal kehancuran. Ayahku meninggal terbilang muda, baru berusia 35 tahun. Sedangkan ibuku baru berusia 28 tahun, ketika itu usiaku masih 12 tahun, masih duduk di kelas enam SD disalah satu sekolah negeri di Sampit Kotawaringin Timur. Enam bulan kemudian aku masuk di salah satu SMP di Jalan A Yani.
Setahun ditinggal ayah mati, tabungan yang ditinggal semakin menipis. Ibu yang tidak punya pekerjaan, untuk menyangbung hidup dan biaya aku sekolah, ibuku bekerja sebagai pelayan toko swalayan, dengan upah Rp. 450 ribu, ditambah dengan uang makan Rp 5 ribu per hari.
Ketika aku dan ibu duduk-duduk santai di teras depan rumah, berukuran type 36, terdiri dari dua kamar tidur berukuran kecil dan ruang tamu. Saat itu sore hari menjelang magrip. Kami kedatangan tamu dari jauh, rupanya tamu tersebut om Herman, baru datang dari Jakarta melalu bandara Tijilik Riwut Palangka Raya pada siang harinya dan langsung meluncur ke Sampit, tujuannya Seruyan Kabupaten Seruyan.
Om Herman numpang tidur dirumah kami, sebelum melanjutkan perjalanan ke Seruyan. Di Seruyan om Herman ada perusahan Sawmill-Nya. Malam harinya kami diajak om Herman makan di luar, dengan menumpang mobil yang dicarter om Herman dari Palangka Raya.
Dari rumah, om Herman mengajak kami langsung menuju rumah makan padang di Jalan A Yani. Sambil duduk menunggu makanan dihidangkan, ibu banyak bercerita tentang kesulitan hidup setelah ditinggal mati ayah. Sebenarnya om Herman bukan orang asing dikeluarga kami. Waktu ayah masih hidup, ayah orang kepercayaan om Herman, dan diberi kepercayaan mengelola Bandsaw di Kasongan.
Setelah makan, kami diajak om Herman ke toko pkaian yang tak jauh dari pelabuhan Sampit. Ibu ngambil dua stel baju, aku tiga ditambah dengan satu stel rok mini, warna ping. Total belanja yang dibayarkan om Herman, kurang dari satu juta.
Dari situ kami pergi ke toko elektronik, jaraknya tak jauh dari tempat kami belanja pakaian. Om Herman membeli TV 21 Inci di tambah dengan satu Video CD (VCD). Ibuku lantas bertanya untuk siapa? ”Ya untuk kalian lah,” jawab om Herman. Begitu besar perhatian om Herman. Dulu kami memang punya TV, tapi dijual untuk menutupi kebutuhan hidup.
Setelah membeli TV, waktu menunjukan pukul 19.30 WIB, kami pun pulang kerumah. Sopir haya mengantar kami sampai di depan gang masuk rumah. Setelah mengantar, sopir langsung pergi. Katanya mencari penginapan tempat tidur, karena besok harus melanjutkan perjalanan ke Seruyan mengantar om Herman.
Padahal dari gang depan menuju kerumah kami, yang berada di bagian belakang antara rumah mewah, sekitar 25 meter. Karena tingginya tembok pagar rumah tetangga depan, jalan jadi sempit, sampai-sampai tak bisa dilewati mobil, kecuali motor roda dua, itupun harus hati-hati, jika tidak stang kiri kanan menyentuh dinding tembok pagar.
Sesampainya dirumah, om Herman kemudian membuka isi kotak, kemudian menghubungkannya antara TV dengan VCD. TV dan VCD tersebut kami taruh dibagian depan, persis di pojok kiri ruang tamu. Di dalam ruangan tamu hanya ada dua sopa, satu sopa ukuran satu orang dan satunya lagi sopa ukuran dua orang.
Aku duduk di sopa ukuran satu orang, ibu dan om Herman duduk di sopa ukuran dua orang. Sambil menyetel VCD. Ibu kembali melanjutkan ceritanya tentang keluarga kami selama ditinggal mati ayah. ”Eh Pak Herman,” demikian ibu panggil om Herman. ”Kalu mau tidur silahkan masuk kekamar Rahma, biar Rahma tidurnya ikut aku aja,” saran ibu.
Satujam sudah kami menonton. Judul film yang kami tonton “Eiffel…I'm in Love” yang dibawa om Herman dari Jakarta. Film tersebut berkisahkan tentang cinta remaja, yang digarap apik oleh sutradara Nasri Cheppy, ditulis oleh Rachmania Arunita. Sedangkan pemain, diantaranya Samuel Rizal, Shandy Aulia, Yogi Finanda, Titi Kamal, dan Shakira.
Film tersebut berdurasi kurang lebih 2 jam. Setengah jam aku nonton, mataku semakin berat. Tak tahan menahan rasa ngantuk, aku kemudian pamit dengan ibu dan om Herman. ”Om, bu, saya duluan masuk kamar, sudah ngantuk. Besok kan aku harus bangun pagi berangkat sekolah,” ucapku. ”Oh iya, silahkan. Selamat bobo ya,” jawab om Herman, lantas mengucapkan selamat tidur padaku.
Besok paginya aku bangun. Aku sudah ngga tau lagi, sampai jam berapa om Herman dan ibu nonton diruang tamu. Tau-taunya pas aku bangun sudah melihat ibu tertidur lelap disamping aku. Bahkan sampai aku berangkat kesekolah ibu belum bangun, demikian dengan om Herman di kamar sebelah.
Tapi sekilas aku melihat didada ibu, dari balik baju tidur, aku melihat banyak warna merah. Dikamar sebelah, tempat om Herman tidur, saat aku masuk mengambil tas sekolah dan menyisir rambut. Om Herman tidur telanjang dada, dibalik bulu-bulu tebal aku melihat yang sama, bulat-bulat merah. Tapi aku tak ingin jauh mengetahuinya, kenapa didada ibu dan om Herman merah.
Siang itu aku pulang, saat aku cek barang-barang bawaan om Herman sudah tidak ada di rumah. Seperti biasa, ibu pergi kerja, dan pulang sore hari. Tapi aku heran kenapa tempat tidur tampak brantakan, padahal ibu biasanya selalu rapi, bila bangun tidur tempat tidur selalu dirapikan.
Sore itu aku berada di depan gang, melihat ibu pulang diantar istri dan suami pemilik toko. Baru kali itu aku mengenal pemilik toko, selama setahun ibu bekerja, ibu tak memperbolehkan aku bertemu dia di toko, apalagi menyebut diri anak, atau meminggil ibu saat bekerja ditoko. Walapun aku mondar mandir kepasar, setelah pulang sekolah, toko tempat ibuku bekerja selalu aku lewati. (Ceritra selanjutnya. Ibu dan Paman ojek)

7 Sep 2009

Dianggap Provinsi Tidak Adil, Setoran Kotim Besar tapi Dilupakan

Dekat dengan Anggota DPRD Kalteng asal Kotawaringin

Tak ada bedanya dengan dua Anggota DPRD Provinsi Kalteng asal Kotawaringin sebelumnya, yakni Jimin dan Rahmat Nasution Hamka. H. Syafrudin H. Husin juga berharap segera mendapat kejelasan dari Sekretariat Dewan mengenai rumah tempat tinggal di Palangka Raya.

---------------------------
ALFRID UGA, Palangka Raya
=========================
HARAPANNYA
tersebut bukan berarti menuntut hak karena ia sudah menjadi anggota dewan yang harus semuanya di fasilitasi pemerintah. Melainkan kebutuhan untuk menunjang kinerjanya di DPRD Provinsi Kalteng selama tinggal di Palangka Raya, lantaran belum memiliki rumah pribadi setelah hijrah dari Kotawaringin Timur.
“Fasilitas yang didapatkan dari Sekretariat Dewan, untuk sementara ini belum ada. Baik pakaian dinas, transportasi, mapun rumah, semuanya belum tersedia. Jadi semuanya atas inisiatif sendiri, misalnya tempat tinggal di Palangka Raya kita terpaksa mengontrak rumah,” ujarnya, di Palangka Raya, Sabtu (4/9) lalu.
Terkait komitmen dengan konstituen di Kotim dan Seruyan. Menurut mantan anggota DPRD Kotim periode 2004-2009 ini, tak ada yang berubah. Baik saat ia menjabat anggota DPRD Kotim mapun sekarang menjabat anggota DPRD Kalteng.
“Kita tetap komit apapun namanya. Konstituen itu kita perhatikan, kita bina hubungan baik dengan mereka. Baik saat mencalonkan di tingkat kabupaten hingga mencalokan ditingkat provinsi, harus tetap berkesinambungan,” ucapnya ayah lima anak ini.
Dikemukannya, perjuangan menuju masyarakat Kotim dan Seruyan sejahtera dan mandiri, merupakan tujuan utama dari perjuangan sebagai wakil rakyat. Namun ia mengatakan, tak kalah penting juga, selain membina hubungan yang berkesinambungan dengan konstituen yang sudah ada, ia juga akan membuka peluang hubungan dengan daerah yang selama ini belum terbina.
“Untuk investasi jangka panjang. Setidaknya lima tahun kedepan daerah-daerah yang dulunya belum mendapat suara. Misalnya di Sampit, seperti di Kota Besi, dengan melakukan pendekatan dan membina hubungan yang baik, alham dullilah sekarang kita mendapat dukungan,” ungkapnya.
Anggota dewan dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini, sedikit buka bocoran strategi kunci sukses di panggung politik selama 10 tahun berturut-turut duduk di kursi legislator. Menurutnya ada dua stategi tugas yang digunakan, satu tugas terkait kebijakan, dan satunya lagi terkait tugas sebagai pribadi.
Kalau terkait dengan tugas pribadi, selama ia menjabat jadi anggota DPRD Kotim, ia rutin melakukan komunikasi dengan konstituen, tak harus terpaku dengan jadwal dan agenda dewan. “Kalau terkait dengan permintaan secara pribadi, seperti minta bantuan alat olah raga. Minta bantuan untuk pembangunan tempat ibadah, selama mampu saya akan bantu,” ucapnya.
Akan lain halnya, bila terkait dengan kebijakan. Setiap usulan dari konstituen, akan ditampung kemudian dibawa dalam forum resmi didewan. Baik melalui fraksi, mapun komisi untuk dibahas bersama-sama dengan ngggota dewan lainnya.
“Oleh karena itu, karena terkait aturan dan mekanisme yang ada di dewan, tidak semua apa yang menjadi usulan dari konstituen bisa dipenuhi. Tetapi syukur, saya tidak menjanjikan terlalu muluk-muluk kepada konstituen. Tetapi sebagai wakil mereka, wajib memperjuangkannya,” pungkasnya.
Apa yanga kan dilakukan kedepan setelah terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi? Syafrudin menilai selama ini ada kesenjangan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten. Dari Rp 2 triliun APBD Provinsi, lebih banyak dititk beratkan pada pembangunan infrastruktur jalan saja.
Sementara pemerataan pembangunan disegala sektor itu belum tersentuh dari APBD Provinsi. Misalnya pembangunan infrastruktur bagi masyarkat yang tinggal di pesisir, seperti di sektor pariwisata, taruh contoh di Ujung Pandaran, sangat potensial dikembangkan, tetapi belum juga mendapat perhatian dari APBD Provinsi.
“Inikan merupakan asset daerah Kalteng ecara umum, khususnya Kotim, hingga saat ini belum diperhatikan dengan baik. Bagaimana mungkin masyrakat disana yang notaben adalah masyarakat nelayan bisa berkembang dan meningkat kesejahtraannya kalau tidak diperhatikan oleh pemerintah provinsi, melalui APBD,” bebernya.
Terkait dengan kurang perhatian pemerintah provinsi tersebut, ia sebagai anggota DPRD Kalteng akan berusaha memperjuangkannya, bagaimana kedepan APBD Provinsi bisa berpihak ke masyrakat nelayan yang tinggal dipesisir, melalui peningkatan pembangunan infrastruktur pariwisata.
“Dengan demikian, pengelolaan pariwisata hanya dapat maju dengan ditunjang fasilitas infrastruktur yang memadai. Kalau ditunjang dengan fasilitas pariwisata yang memadai sudah barang tentu penghasilan masyrakat setempat juga meningkat. Selain dari hasil nelayan juga dari pengunjung daerah tersebut, inilah yang perlu diperhatikan kedepan,” pungkasnya.
Menyinggung besaran kontribusi dari PAD Kotim kepada PAD Provinsi. Sfrudin merasa miris hatinya melihat ketidakadilan provinsi kepada Kabupaten Kotim. Padahal dari bagi hasil pajak, bumi dan bangunan (PBB) untuk provinsi, dari Kotim yang terbesar dari antara daerah kabupaten/kota se-Kalteng.
“Setoran kepada provinsi besar. Tatapi apa yang kita dapatkan dari provinsi, sangat minim sekali. Kalau bicara soal pembangunan infrastruktur jalan, memang kita akui sudah menunjukan peningkatan, tetapi itu juga karena ditunjang dengan dana dari pusat. Maunya kita ada perhatian khusus dari provinsi kepada Kotim, dilihat dari besarnya kontribusi selama ini,” beber Syafrudin mengeluh. (*/Radar Sampit)

6 Sep 2009

Aset Budaya Kalteng “Berhamburan”

Disparsenibud Kabupaten Diminta Inventarisasi

Laporan Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Pantas saja aset budaya Indonesia dicapolok negara-negara luar, seperti Malaysia. Rupanya, pemerintah belum serius menginventarisir, hingga mempatenkan aset budaya yang mencerminkan ciri bangsa dan daerah ini.
Di Provinsi Kalaimantan Tengah (Kalteng) misalnya, dihitung kasat mata, ratusan aset budaya daerah, bidang seni seperti seni tari, seni musik, dan seni suara khas daerah, hingga saat ini belum terinventarisir dengan baik, apalagi dipatenkan.
Hal tersebut diakui Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Kebudayaan (Parsenibud) Provinsi Kalteng Sadar Ardi, ketika disambangi Radar Sampit di ruang kerjanya, kemarin. “Terdaftar banyak, terinventarisir secara detail masih belum, baru akan dilaksanakan,” ucap Sadar.
Diekukakannya, kedepan Dinas Parsenibud Provinsi Kalteng akan menginventarisir seluruh aset budaya Kalteng. Namun dia berharap pelaksanaan dilapangan akan dilakukan dinas terkait di kabupaten/kota.
“Kita baru akan menginventarisasi, tetapi yang melakukannya adalah kabupaten/kota,” ungkapnya, seraya menjelaskan maksud dari terdaftar dengan terinventarisir.
“Kalau terdaftar, terkadang hanya nama dan asal. Nah kalau inventarisir, misalnya tari, nama tari, pencipta tari, asal daerah tari, tahun berapa tari tersebut diciptakan, hingga sampai dengan alat musik yang dimainkan mengiring tari tersebut,” jelasnya.
Anak pertama dari seorang pensiunan Kepala Sekolah Dasar (SD) tahun 80han ini, kemabali menjelaskan, dari hasil inventarisir tersebut, kemudian akan dipatenkan sebagai aset budaya dari daerah Kalteng. Hal tersebut penting, guna mencegah klaim dari pihak lain, apalagi hingga sampai terjadi klaim dari negara luar.
Beberapa waktu lalu, pihaknya sudah mengundang seluruh komponen masyarakat seni di Kalteng, seperti penata tari, pencipta lagu, penata musik, pelukis khas daerah, pelukis motif, hingga pemtung khas daerah. Untuk ikut dalam acara sosialisasi, yang disampaikan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Ham Provinsi Kalteng.
”Setelah diinventarisir, dari sekian jenis seni yang ada, yang mana memenuhi syarat untuk dipatenkan. Naha lembaga yang berhak mempatenkan karya seni sesorang adalah Depkumham. Makanya saat sosialisasi hak paten kita melibatkan Kantor Wilayah Depkumham Kalteng, ” pungkas Sadar.
Menyinggung soal tingkat kunjungan wisatawan di Provinsi Kalteng, Sadar mengatakan, setiap tahun menunjukan tren yang meningkat. Tahun 2007, wisatawan manca negara (Wisma) sebanyak 1.700 orang, sedangkan wisatawan nusantara (Wisnu) sebanyak 29.000 orang.
Pada tahun 2008, Wisma sebanyak 36.000, sedangkan Winu mengalami penurunan, yakni hanya sekitar 3.000 orang pengunjung. (Untuk tahun 2009 masih belum terdata, kita masih menunggu data dari instansi terkait di kabupaten/kota,” ungkap Sadar.
Lebih lanjut ia mengemukakan, turis yang datang ke Kalteng rata-rata dari Australia, Inggris, dan Jepang. Sedangkan objek kunjungan yang menjadi pavorit para turis asing, Museum Balanga di Palangka Raya, Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di Pangkalan Bun, Taman Nasional Sebangau di Palangka Raya.
Selain itu Kapal Susur Sungai di Palangka Raya, Pusat Rehabilitasi Orangutan di Nyaru Menteng Palangka Raya, Masjid Tertua di Kotawaringin Lama dan Istana Kuning di Pangkalan Bun, dan Betang Tumbang Gagu di Kotawaringin Timur. (*/Radar Sampit)

Bandara Tjilik Riwut Ditutup Sementara

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Penerbangan melalui bandara Tjilik Riwut Palangka Raya ditutup sementara karena jarak pandang tidak memenuhi syarat untuk pendaratan mapun penerbangan pesawat Boeing-737 seri 400 seperti Garuda Indoensia, Sriwijaya Air dan Batavia Air.
Menurut Kepala Bandara Tjilik Ruwut Palangka Raya, Jamaludin Hasibuan, beberapa hari lalu sejumlah pesawat telah mengalami penundaan pendaratan mapun penerbangan karena jarak pandang dilandas pacu bandara tertutup kabut asap tebal.
Sementara untuk hari ini (kemarin, red) bandara Tjilik Riwut Palangka Raya dintakan ditutup sementara karena jarang pandang kurang dari kurang dari 4 kimlometer yang merupakan jarak pandang aman untuk pendaratan mapun penerbangan.
Dikemukakan Jamaludin Hasibuan, jika pagi kemarin jarak pandang hanya 500 meter, pada siang harinya jarak pandang hanya 1.800 meter. Sehingga pihak bandara mengambil kebijakan menutup sementara bandara Tjilik Riwut Palangka Raya.
“Pesawat yang mengalami penundaan, diantaranya Garuda Indoensia, Sriwijaya Air dan Batavia Air. Hingga siang tadi belum melakukan pendaratan di bandara. Selain itu pesawat Avia Star yang melayani penerbangan antar ibukota provinsi dan sejumlah kabupaten di Kalteng juga mengalami penundaan akibat asap ini,” ujarnya di Palangka Raya, Selasa (1/9) kemarin.
Lebih lanjut Jamaludin Hasibuan mengungkapkan, penundaan penerbangan sejumlah pesawat beberapa waktu lalu rata-rata mengalami penundaan dua jam. Karena jarang pandang dibawah standar kemanan, yakni 4 kilometer.
“Untuk hari ini, mulai pagi tadi hingga siang ini jarak pandang 500-2000 kilometer. Untuk keaman pendaratan mapun penerbangan, hari ini dinyatakan bandara Tjilik Riwut ditutup sementara, hingga sampai kondisi bandara benar-benar layak didarati mapun penerbangan,” katanya.
Sementara itu dari pantauan Radar Sampit, kabut asap tebal masih manyaput udara wilayah Kota Palangka Raya. Sedangkan indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang berada di Bundaran Besar Palangka Raya menunjukan berbahaya, yang artinya tingkat kualitas udara berbahaya, secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
Data dari Badan Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Lingkungan, ISPU pada 31 Agustus lalu, PM 10 menunjukan angka UG 486.26 M³, sedang kan ISPU 383. SO2 UG 37.61 M³, sedangkan ISPU 24. Sementara CO, UG 5.77 M³, sedangkan ISPU 58. O3 UG 128.19 M³, sedangkan ISPU 54, dan NO2 UG 16.09, yang artinya tingkat kualitas udara berbahaya. (*/Radar Sampit)

Tak Obral Janji, Usai Lebaran Keluarga Hijrah Ke Palangka

Dekat dengan Anggota DPRD Kalteng asal Kotawarinin (2)

Rahmat Nasution Hamka tampak sibuk. Ia terlihat bolak balik, keluar masuk ruangan Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kalteng. Sesekali ia keluar sambil menenteng kursi, terkadang juga mengangkut meja bersama rekan-rekannya anggota dewan. Meja-meja tersebut kemudian disusun di teras depan ruangan fraksi.

-------------------------
ALFRID UGA, Palangka Raya
=========================
REKAN-
rekannya yang lain juga tampak sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, ada yang sedang menyusun dokumen-dokumen. Ada juga sedang membersihkan atas meja yang berdebu. Tapi ada juga yang hanya sekedar duduk-duduk ngobrol.
Raut wajah pria yang akarap disapa Rahmat ini, tanpak kelelahan. Maklum, ia sedang menjalani ibadah puasa. Walapun begitu, Rahmat terlihat segar, energik dan tetap semangat beraktivitas. ”Halo, apa kabar?” ucapnya saat disambangi waratwan koran ini.
Sebagai anggota DPRD Kalteng Rahmat terbilang muda. Apalagi tokoh-tokoh PDI Perjuangan masih bercokol di DPRD Kalteng, seperti R Atu Narang, Borak Milton, Artaban dan Y Freddy Ering. Wajar bila ia membatasi diri berkomentar terkait kebijakan dewan, apalagi kebijakan di fraksi.
”Kalau wancara kebijakn nanti dululah. Kalau yang ringan-ringan boleh saja,” katanya seraya masuk keruang fraksi. Nampak hadir di ruang fraksi, Borak Milton, Artaban dan Tuty Dau. Terlihat semuanya dengan nampak kesibukan masing-masing.
Biacara soal komitmen setalah resmi jadi anggota DPRD Kalteng. Rahmat merasa beruntung, ia tak pernah mengobral janji muluk-muluk dengan rakyat Kotawaringin. Menurutnya, kalaupun ia tak bisa memperjuangkan aspirasi rakyat, itu bukan jadi beban bagi dirinya, itulah batas kemampuannya.
” Untungnya kita tidak membuat janji yang muluk-muluk dengan konstituen. Jadi kita hanya memperjuangkan apa yang kita lakukan kedepan. Sebagai anggota dewan pada prinsifnya, dengan adanya fungsi dan tugas dewan, tentu punya batas-batas kewenangan,” ucapnya enteng.
Meski demikian, Rahmat menandaskan, sebagai wakil rakyat sudah di pilih oleh rakyat, ia tetap berupaya memperjuangkan aspirasi rakyat. Kedepan ia bersama wakil dari Dapil III menginventarisir berbagai permasalahan di daerah. ”Tetapi kita juga harus menghindar adanya ego kedaerahan. Yang kita pikirkan sekarang adalah bagaimana Kalteng maju, dan lebih sejahtera lagi,” tandasnya.
Bicara soal fasilitas, tak jauh beda nasib dengan rekannya Jimin sesama satu dapil dari Partai Demokrat. Diakuinya, selama sepekan di Palangka Raya, sambil menunggu kebijakan lebih lanjut terkait anggaran akomodasi anggota, seperti rumah dinas dan fasilitas lainnya terpaksa mengontrak rumah.
”Inikan untuk antisipasi belum tersedianya anggaran untuk rumah dinas. Terpaksa dalam sepekan ini kita mengontrak rumah, paling tidak untuk satu tahun dulu sambil menunggu kebijakan terkait fasilitas yang kita dapat. Kalaupun tak ada, terpaksa mencari rumah pribadi, walupun dengan cara kredit,” bebernya.
Menyinggung keluarga, Rahmat sedikit beda dengan Jimin. Kalau Jimin mewajibkan istrinya saja yang diboyong ke Palangka Raya. Tidak demikian dengan Rahmat, setelah lebaran nanti, istri dan ketiga anaknya bakal hijrah ke Palangka Raya. ”Sekarang kita masih mencari tempat mereka sekolah dulu. Kalau sudah ada sekolah yang bersedia menerima murid pindahan, mungkin rencananya setelah lebaran baru hijrah ke Palangka Raya, ” pungkas Rahmat. (***)

4 Sep 2009

Tinggal di Rumah Kontrakan, Ngaku Berat Menanggung Janji

Dekat dengan Anggota DPRD Kalteng asal Kotawaringin (1)


Jimin saja. Tak ada embel-embel nama panjang, apalagi gelar. Demikian anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), asal daerah pemilihan (dapil) Kalteng-III, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Sukamara dan Lamandau, saat memperkenalkan namanya.

-------------------------
ALFRID UGA, Palangka Raya
=========================


”AH ngawur, ngga ada Raden, ngga ada Mas, ngga ada Subroto, apalagi gelar Doktor,” sahut Jimin ngeles. Ketika teman sesama anggota dewan, Arif Budiatmo dari PAN, ikut memperkenalkan nama Jimin kepada Radar Sampit, Rabu (2/9) kemarin. ”Namanya, Dr. Raden Mas Jimin Subroto,” ucap Arif Budiatmo, yang ngaku sudah berteman sejak lama dengan Jimin.
Anggota dewan dari Partai Demokrat yang baru sepakan lalu resmi jadi anggota DPRD Provinsi Kalteng ini, sejak dilantik, Jumat (28/8) lalu. Terlihat semangat, ketika mengetahui dirinya diwawancarai Radar Sampit. Bahkan ia tak segan-segan mengaku dirinya selalu jadi narasumber koran ini, bila bicara soal buruh.
”Wah dari Radar Sampit ya. Ada juga ya disini (Palangka Raya, red). Di Pangkalan Bun saya sering diwawancarai Radar Sampit tuh. Saya kan aktivis buruh, Ketua SPSI Korindo,” ucapnya, lantas balik bertanya. ”Apa yang mau di omongin nih..?” katanya, sambil mengatur posisi duduk.
Saat itu kami nimbrung di ruang tamu komisi, dulunya ruang Komisi C DPRD Kalteng, membidangi Kesehatan, dan Pendidikan. Ruangan dimana Arif, demikian panggilan akrapnya, saat masih menjabat anggota DPRD Kalteng periode 2004-2009, yang di akui Jimin teman senior, lantaran Arif terpilih menjadi anggota dewan untuk kedua kalinya.
Sebagai aktivis buruh dan sudah 29 tahun jadi buruh di PT Korindo Group. Suami dari Maryati Jimin ini, meski sudah resmi menyandang status wakil rakyat, mengaku tak terlalu menuntut haknya sebagai wakil rakyat, terutama fasilitas seperti rumah, apalagi bermimpi dapat mobil dinas.
Sejak resmi jadi anggota dewan sepekan lalu, ia tinggal di rumah kontrakan dengan biaya sendiri. ”Karena belum ada kejelasan mengenai tempat kami tinggal, dari Sekretariat Dewan. Kami berinisiatif mengontrak rumah, meskipun kecil yang penting layak huni dan bisa menampung keluarga,” ungkap Jimin.
Jimin tak tau, sampai kapan dirinya mengontrak rumah. Namun ia berharap, walapun tak berharap banyak, pihak Sekretariat Dewan bisa mengganti biaya kontrak selama satu tahun, sebesar Rp 15 juta, sesuai nilai kontrak. ”Rencananya ngontrak satu tahun dulu. Selanjutnya, kalau disediakan rumah ya ditempati, kalau tidak, mungkin akan mencari rumah kredit, walaupun biaya sendiri,” ucapnya.
Ditanya apakah keluarga ikut diboyong ke Palangka Raya. Menurut ayah dua putra ini, Hendri (23) dan Yudha (18), yang wajib pertama diboyong adalah istri. Sedangkan kedua anaknya tak wajib, karena semuanya sudah dewasa. Yang pertama, kuliah di Malang, Jawa Timur, bakal lulus tahun ini, sementara anaknya yang kedua Yudha masih SMA Klas-3 di Pangkalan Bun.
”Hendri tahun ini sudah S-1, Yudha mungkin juga kalau lulus melanjutkan kuliah, dan ia lebih memilih tinggal di Pangkalan Bun, kan disana ada rumah. Nah kalau istri? wah itu wajib dibawa. Kalau ngga diboyong ke Palangka Raya bahaya nanti,” jawabnya, lantas tertawa.
Menyinggung komitmennya memperjuangkan aspirasi rakyat kotawaringin, khususnya dari Dapil Kalteng III. Diakui Jimin, itu tugas utamanya sebagai wakil rakyat. Ia sadar dirinya bisa duduk di kursi dewan terhormat, lantaran karena pilihan rakyat, oleha karenanya ia akan komit memperjuangkan aspirasi rakyat Kotawaringin, hal tersebut sesuai dengan janjinya saat audensi dengan rakyat.
Saat beraudensi dengan rakyat, pada kampanye pemilu April lalu, ia berjanji kepada rakyat akan memperjuangkan kesejahtraan bagi rakyat, melalui program revitalisasi perkebunan, khususnya karet. ”Jadi initinya, saya akan memperjuangkan nasib rakyat, terutama disektor pertanian, dan perkebunan. Karena masyarakat meminta, juga janji saya. Meski berat, harus aku perjuangkan,” imbuhnya.
”Kalau mau dipilih lima tahun lagi harus komit susuai janji. Walaupun tidak maju lima tahun lagi, setidaknya beban moral. Kita duduk karena mereka, mereka milih karena janji kita. Apalagi sudah mengucap janji, tidak untuk kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan rakyat,” ucapnya, seraya meneguhkan komitmennya, ia tak akan melanggar sumpah janjinya, apalagi menghianati rakyat.
Bicara soal perjuangan terhadap kesejahtraan buruh. Tanpa tendeng aling-aling, Ketua Federasi Serikat Pekerja Perkayuan dan Kehutanan, unit Serikat Pkerja Seluruh Indonesia (FSP KAHUT- SPSI) PT. Korindo Group ini, mengatakan tujuan utamanya masuk ke parlemen, selain memperjuangkan nasib rakyat Kotawaringin, juga meperjuangkan nasib jutaan buruh perusahan di Kalteng.
Dia menguraikan kondisi perburuhan di Indoensia saat ini, ia menilai penerapan sistem kerja kontrak dan alih daya (outsourcing) tidak mendidik dan cenderung merugikan buruh. Seharusnya tenaga kerja dianggap sebagai sumber daya manusia (SDM) yang harus terus ditingkatkan kompetensinya sehingga bisa berkembang mengikuti dinamika di sektor ketenagakerjaan.
Dalam sistem outsourcing, katanya, hubungan kerja antara buruh, pengusaha penyedia jasa pekerja, dengan pengusaha penguna jasa tidak jelas. Hubungan kerja yang terjadi, seharusnya hubungan kerja tanggung renteng dimana baik perusahaan penyedia jasa pekerja maupun perusahaan pengguna jasa memiliki hubungan kerja dengan buruh.
Menurut mantan buruh PT Korindo selama 29 tahun ini. Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang mengatur sistem kerja kontrak dan outsourcing harus direvisi. Kalau tidak dihapus, setidaknya praktik sistem kontrak dan outsourcing untuk tenaga kerja harus dikurangi.
”Dalam implementasinya, sistem kontrak kerja dan outsourcing hanya merugikan tenaga kerja. Tidak ada prosedur PHK terhadap pekerja PKWT sehingga pemutusan hubungan tanpa pesangon dapat terjadi setiap saat tanpa peringatan meskipun kontrak belum berakhir,” jelasnya.
Lebih lanjut ia, menegaskan, sitem kontrak kerja dan outsoucing tak lebih dari perbudakan gaya baru kepada ratusan ribu tenaga kerja di Kalteng. ”Jadi dengan tegas saya nyatakan, bersama jutaan buruh di Indonesia menolak sistem kontrak kerja maupun outsourching,” tegas Jimin. (***/Radar Sampit)