12 Mar 2009

Sabam Sirait Buka Rahasia


Dibalik Konflik Megawati dengan Presiden SBY

Oleh: Alfrid Uga

PALANGKA RAYA-Suhu politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) mulai Panas. Selain mengatur strategi dalam memenangkan pemilu legislatif (pileg) 9 April mendatang, sebagai tiket maju dalam Pilpres. Sejumlah partai politik (Parpol) mulai buka rahasia lawan politiknya.
PDIP misalnya, sedikit demi sedikit membuka latar belakang penyebab konflik yang mendasar antara mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan mantan Pembantunya, yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang hingga saat ini menolak untuk bertemu. Bahkan PDIP mengambil sikap oposisi dalam pemerintahan SBY.
Terkuaknya rahasia pemicu konflik antara Megawati dengan SBY, setelah politisi tiga jaman, yang juga pendiri PDIP, Sabam Siarait, angkat bicara. Menurutnya, konflik bermula ketika suatu hari Megawati yang saat itu menjabat Presiden mendapat informsasi ada diantara Kabinetnya ingin maju menjadi Presiden.
Megawati yang saat itu menjabat Presiden dan punya keinginan kembali menjadi Presiden untuk kedua kalinya, merasa ingin tahu siapa lawan politiknya dan ingin mendapat pengakuan jujur dari atara Kabinetnya yang maju mencalokan diri menjadi Presiden, sebab informasi sudah berkembang dilingkungan Kabinet bahwa ada Mentri yang ingin mencalonkan diri menjadi Presiden.
”Mejelang Pilpres, Ibu Mega mengundang seluruh Mentri, dan Mega kemudian bertanya. Siapakah diantara sodara-sodara ku yang mau jadi Presiden dan Wakil Presiden,” tutur Sabam seraya mengutif pernyataan Megawati saat melakukan pertemuan dengan Mentri untuk minta klarifikasi.
”Saat ditanya semua Mentri menjawab tidak akan maju jadi Presiden ataupun Wakil Presiden. Kecuali SBY yang mau maju jadi Presiden tetapi tidak menjawab bahkan ia tidak mau bilang bahwa ia akan maju jadi Presiden, meski Ibu Mega sudah mendapat informasi,” ungkap Sabam.
Informmasi yang berkembang itu didasari oleh temuan sejumlah dokumen Parpol di ruang mapun dokumen pencalonan SBY sebagai Presiden di lingkungan Kantor Mentri Koordinator Pertahanan dan Kemanan (Menkopolkam), dimana saat itu SBY adalah Mentri Menkopolkam.
”Nah sekarang jadi pertanyaan, saat SBY mulai mencalonkan jadi Presiden pada saat itu ia masih menjabat sebagai Menkopolkam. Benarkah di Kantor Menkopolkam itu telah ada dokumen-dokumen partai dia, gambar-gambar dia. Padahal dalam aturan tidak boleh menggunakan kantor pemerintah untuk menjalankan aktifitas Parpol,” bebernya. "Inilalah membuat Ibu Mega Kesal," Sabam menimpali.
Kalau benar itu yang terjadi, timpal Sabam, yang bisa menjadi saksi-saksi adalah Mentri-Mentri saat itu. Apakah betul SBY sudah menggunakan fasilitas negara? Yang seharusnya melanggar undang-undang, karena menjadikan Kantor Menkopolkam untuk melalakukan aktifitas Parpol.
”Saya tidak bisa menjadi saksi karena saya tidak ada disitu saat itu,” timpal Sabam, Caleg DPR-RI nomor urut 1 wilayah pemilihan kalteng dari PDIP ini. Seraya meminta masyarakat memahami kenapa samapai saat ini, dua tokoh besar di Indoensia tersebut tidak bisa bersatu hingga saat ini. Bahkan terkesan opini masyarkat menyudutkan mega kecewa dan tidak mau menerima kekalahannya dari mantan pembantunya dalam Pilpres 2004 lalu.
Itulah yang menjadi persoalan yang mendasar hingga saat ini, kenapa Mega denyan SBY tidak bisa bertemu, beber Sabam. Kalau SBY mengakui kesalahannya dan meminta maaf dengan Mega, Mega-pun terbuka pintu maafnya, tapi sayangnya hingga saat ini SBY tidak pernah minta maaf.
Kalau orang mengatakan, Mega tidak terima dengan kekalahannya, tapi kenapa Mega mau menerima Wakil Presiden Jusuf Kalla, padahal Mega dalam Pileg mapun Pilpres 2004 lalu dikalahkan oleh Golkar. Jadi sebenarnya tidak ada persoalan kecewa, tidak terima atas kekalahan, yang menjadi persoalan mendasar adalah SBY tidak jujur dan tidak mengakui kesalahannya.
”Saat ibu Mega jadi Presiden, SBY rajinnya ketemu dengan Taufik Himas (Suami Megawati, red). Melihat kerumah sakitlah, ketika Taufik Himas sakit. Ketemu di Palembang lah, padahal yang presiden saat itu adalah ibu Mega, bukan Taufik Himas,” imbuh Sabam.
Sabam mengungkapkan, ia pernah bertanya kepada Megawati. ”Apakah betul ibu Mega tidak mau bertemu dengan SBY,”tanya Sabam. Lalu Megawati pun mejawab, ucap Sabam. ”Begini Pak Sabam, SBY itu kan pernah jadi bagian dari Kabinet saya, artinya dia tau nomor telepon saya, bahkan sampai sekarang nomor saya tidak pernah berubah, tapi kenapa sampai saat ini tidak pernah menghubung saya?” tutur Sabam, seraya mengutip jawaban Mega atas pertanyaannya.
”Jangan ngomong diluar. Semua bekas mantan Mentri saya tau nomor saya, hingga saat ini mereka selalu berkomunikasi dengan saya, tapi kenapa SBY tidak pernah menelpon saya padahal dia juga tau nomor HP saya, apalagi rumah,” imbuh Sabam, kembali mengutip jawaban Mega.
Itulah ceritra sesungguhnya, pungkas sabam. Bukan Ibu Mega tidak mau ketemu, seharusnya SBY yang pernah menjadi Mentri Ibu Mega menelpon, mengklarifikasi dan meminta maaf atas kehilafannya selama menjabat jadi Menkopolkam.
”Nah sampai sekarang hal itu tidak ia lakukan. Jadi jangan bilang sana-sini seolah-olah Ibu Mega yang tidak mau bertemu SBY. Yang sebenrrnya SBY-lah yang tidak mau ketemu Ibu Mega,” imbuh Sabam. (***)

Tidak ada komentar: