9 Mar 2009

Menengok Mess Kantor Penghubung Kalteng di Jakarta Pusat

Direnovasi Sekelas Hotel, Target Pendapatan Naik Rp 130 Juta


Jakarta itu luas, padat dan macet. Untuk mempermudah koneksi pejabat maupun masyarakat yang bertandang ke daerah pusat segala-galanya itu, Pemprov Kalteng mendirikan mess dan kantor penghubung di sana. Berikut catatan Radar Sampit yang belakangan kerap main ke sana.

HARIS LESMANA, Jakarta

Dari Kebayoran Lama, butuh waktu berjam-jam untuk bisa sampai kawasan Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Meski jarak dari Graha Pena, gedung Jawa Pos News Network (JPNN) tempat kami digodok, sebenarnya tidak begitu jauh dari Jakarta Pusat, namun faktanya jauh berbeda. Apa yang tertera di peta, tidaklah sesederhana yang dibayangkan.
Keruwetan melintasi jalan-jalan di Kota Megapolitan ini setidaknya disebabkan dua faktor. Pertama, karena Jakarta sekarang teramat sesak. Hampir tidak ada celah jalan yang lowong. Jutaan kendaraan berjejal di segenap penjuru. Celakanya lagi, sedikit saja lengah dan salah melangkah, bisa-bisa kena tilang Polantas.
Pengalaman dua minggu menjajal ibu kota negara, kami yang sengaja disuruh mengenali Jakarta lebih dekat, tak sekali dua tersesat. Kendati di tiap tikungan terpampang rambu-rambu lalulintas, arah jalan yang dituju tidak segampang yang diperkirakan.
“Orang bilang Jakarta itu kejam, lebih kejam dari ibu tiri. Kalian harus kenali dulu Jakarta,” pesan Erwin Dede Nugroho, Manajer JPNN yang juga Direktur Radar Sampit didampingi Wapimred Kaltim Post Syafril Teha Noer saat memberi wejangan di ruang meeting JPNN lantai 5 tempo hari lalu.
Singkat kata, kami bertujuh pun dilepas. Karena masih pemula, terang saja hasilnya tidak sama dengan orang yang sudah bertahun-tahun tinggal di Jakarta. Kalau ke Senen mestinya hanya makan waktu beberapa puluh menit, maka kami tidak. Itulah penyebab kedua, kenapa untuk bisa sampai ke mess Kalteng tadi, misalnya, juga menyita waktu di atas normal.
Saat tiba di lokasi, Kantor Penghubung Pemprov Kalteng yang dilengkapi fasilitas 9 kamar mess, matahari sudah di atas ubun-ubun. Jam menunjukkan pukul 12 siang. Mess Kalteng itu terletak di Jalan Kembang I Kelurahan Kwitang, Kecamatan Senen Jakarta Pusat.
“Silakan masuk, langsung saja ke dalam. Bapak ada di dalam kantor,” sambut Endy, petugas keamanan mess yang sebelumnya sudah dikontak Radar Sampit, janjian ingin ketemu Kepala Kantor Penghubung Pemprov Kalteng di Jakarta, Benius.
Beberapa tahun silam, saya sendiri sebenarnya pernah datang ke Mess Kalteng di kawasan Senen. Namun, karena perkembangan Jakarta kian pesat, sepeda motor yang dikemudikan sempat kebingungan juga mencari-carinya lagi. Beruntung ada teman yang cukup paham situasi, akhirnya sampai pula ke tempat yang dituju.
Menurut pengamatan, tak banyak yang berubah dari mess Kalteng di Jakarta. Bangunan berlantai dua dengan cat warna putih berpagar tinggi itu sepertinya masih “alami” seperti dulu. Di ruang tunggu kantor, terpajang bingkai foto besar dua ekor orangutan bertulisan satwa dari Tanjung Puting Kotawaringin Barat.
Sementara di sisi dinding yang lain, terpampang foto-foto mantan Gubernur Kalteng, seperti Tjilik Riwut dan WA Gara. Baru kemudian di sisi menghadap pintu masuk, terlihat gambar Gubernur Kalteng yang sekarang A Teras Narang bergandeng dengan Wakil Gubernur H Achmad Diran.
Di tengah ruang kantor penghubung ini, terdapat beberapa meja kerja dan sejumlah pegawai kantor yang hari itu kelihatan sedang sibuk beraktivitas. Ruang kerja kepala kantor sendiri, terletak di bagian agak ke dalam dengan ruangan khusus. Sedangkan kamar-kamar mess, terletak di lantai dua.
“Kamar mess Kalteng ini jumlahnya sembilan buah, dengan kapasitas maksimal 21 orang. Untuk yang AC, tarifnya Rp 100 ribu per hari, sedangkan yang non AC Rp 75 ribu. Selain pejabat pemerintah dari Kalteng, mess kita juga menerima masyarakat umum, terutama warga Kalteng yang sedang berada di Jakarta,” kata Benius, Kepala Kantor Penghubung Pemprov Kalteng di Jakarta begitu dibincangi di ruang kerjanya.
Mantan Kabid Tata Program Bappeda Provinsi Kalteng yang sudah tiga tahun mengelola mess ini menuturkan, pendapatan diperoleh dari sewa kamar mess ini terbilang cukup besar. Tahun 2008 tadi, kata dia, mess Kalteng di Jakarta berhasil melebihi target. Kontribusi untuk daerah didapat sebesar Rp 120 juta dari target Rp 110 juta.
“Nah, untuk tahun 2009 ini, target pendapatan kita dipatok naik lagi, yakni sebesar Rp 130 juta per tahun. Untuk bisa mencapai target tersebut, makanya kita sekarang mengembangkan mess Kalteng ini dengan membangun tempat baru di Jalan Jambu, Cut Nyak Dien Jakarta Pusat,” ungkap Benius.
Mess baru milik Pemprov Kalteng itu sekarang sudah memasuki renovasi tahap finishing. Benius menyebutkan, pada tahap pertama tahun lalu, dikucurkan dana dari APBD sekitar Rp 1,5 miliar. Kemudian dilanjutkan tahap kedua, tahun 2009 ini sebesar Rp 1 miliar lebih.
“Harapan kita, bangunan mess baru itu sudah selesai secepatnya. Paling tidak, bulan Juli 2009 sudah bisa dioperasikan. Hal ini untuk mengejar target yang Rp 130 juta tadi. Kamar di sana dibangun sebanyak 12 dengan kapasitas 24 orang. Tarif per kamar Rp 150 ribu, dilengkapi fasilitas yang tak kalah seperti hotel-hotel umumnya,” imbuhnya.
Benius berharap, dengan adanya penambahan kamar mess Kalteng yang baru ini, para pejabat termasuk anggota dewan dari Provinsi Kalteng yang sedang ke Jakarta, lebih terpikat bermalam di sana. Jadi, tidak perlu lagi menginap ke hotel-hotel di luar mess. “Lebih baik uangnya untuk kontribusi kembali ke daerah,” katanya seraya menambahkan di mess yang baru itu nanti akan dijadikan pusat informasi seputar Kalteng. Dengan begitu, bagi investor atau orang luar yang ingin tahu apa dan bagaimana Kalteng, bisa datang melihat ke mess itu dulu. (***)

Tidak ada komentar: