Laporan: Alfrid U
PALANGKA RAYA- Rencana investasi besar-besaran investor tambang asal Cina, dan Hongkong di Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah ditunda. Padahal penandatanganan kesepakatan (MoU) antara Pemkab Lamandau dengan investor pertambangan bulan Oktober 2008 lalu sudah dilakukan di Cina.
Menurut Bupati Lamandau Marukan, ditundanya rencana investasi tambang di Kabupaten Lamandau terkait anjloknya harga biji besi di tingkat internasional. Lantaran dilanda krisis global. Namun dikian, Marukan menolak kalau disebut investor tambang Cina batal investasi di Lamandau.
”Bukan batal, tapi ditunda. Alasan investor penundaan untuk sementara, terkait harga biji besi di pasar internasional sedang anjlok. Akibat krisis ekonomi global. Hingga saat ini belum ada konfirmasi dari pihak investor terkait kepastian, yang pasti menunggu ekonomi dunia pulih kembali,” ujarnya, kepada Radar Sampit di Palangka Raya, kemarin.
Meski belum ada konfirmasi terkait kepastian ucap Marukan. Kapanpun pihak investor tambang dari Cina tersebut siap beroperasi di wilayah Kabupaten Lamandau, pihak Pemkab Kabupaten Lamandau sudah mempersiapkan periizinan terkait dengan aktivitas, baik ekplorasi mapun eksploitasi.
”Jangankan investasi yang baru, yang lama saja, dimana saat ini sudah beroperasi seperti PT Kapuas Prima Coal (KPC) nampaknya mengurangi proses produksinya, seakan berjalan ditempat. Hal ini terkait dengan krisis ekonomi dunia,” ucap mantan Setda Kabupaten Lamandau ini.
Menyinggung, jumlah perizinan di Kabupaten Lamandau saat ini. Menurut Marukan izin pertamabangan yang sudah masuk di Kabupaten Lamandau hingga saat ini hampir mencapai 30 usulan perizinan. Sementara yang sudah beroperasi selama ini hanya dua, yakni PT Kapuas Prima Coal dan PT Pisi Hutan Lestari.
”Meski sudah beroperasi dan sudah eksploitasi, namun masih terkendala izin pinjam pakai kawasan hutan dari Mentri Kehutanan. Tetapi keduanya sudah mengantongi izin prinsip lahan pertambangan, dan sambil menunggu harga biji besi membaik ditingkat internasional. Saat kedua perusaha yang sudah beroperasi itu, sementara waktu melakukan eksplorasi dengan mencari titik-titik tambang,” jelasnya.
Penundaan investasi sejumlah investor tambang biji besi, baik yang berasal dari Cina, dan juga sejumlah negara di Kabupaten Lamandau juga dibenarkan Kepala Dinas Pertambangan, Energi dan Mineral, Yulian Taruna. Menurut Yulian, selain karena masalah krisis ekonomi juga terkendala jalan pengangkutan hasil.
Di Kabupaten Lamandau perusahan tambang biji, hingga sampai saat ini jumlah produksi mencapai 2000 ton. Namun demikian sekarang sudah berhenti produksi mengingat jalan pengangkutan hasil masih belum tersedia. Karena selama ini masih menggunakan Jalan Provinsi, apalagi ada himbauan dari Bapak Gubernur pengangkutan bahan tambang dan perkebuan akan diatur kembali,” ungkapnya.
Sekedar mengingatkan, pada bulan Okteber 2008 lalu Bupati Lamandau dengan sejumlah anggota DPRD Kabupaten Lamanadu kunjungan kerja ke Cina dan Hongkong untuk tujuan penandatanganan kesepakatan (MoU) dengan investor pertambangan dan pengusaha hotel.
Kesepakan Pemkab Lamadau dengan investor tambang biji besi dari Cina dan Hongkong akan mulai beropersi awal tahun 2009. Selain investor dari Cina dan Hongkong juga investor pembangunan pabrik baja, infrastruktur dan transportasi. Tidak tanggung-tanggung, nilai investasi yang akan ditanam di Lamandau senilai U$ 5 miliar atau sekitar Rp 50 triliun. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar