17 Agu 2009

Kemarau, Petani Dibantu Mesin Pompa

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Musim kemarau berkepanjangan bertepatan musim tanam, menyebabkan tanaman padi sawah ratusan hektar di sejumlah wilayah Kalteng dilanda kekeringan, hingga terancam gagal panen karena puso.
Untuk mempertahankan padi-padinya tetap hidup, dan menghindar kerugian lebih besar, petani dibantu mesin pompa air. Pasalnya irigasi dipersawahan mulai mengering. Lantaran bendungan sejak 4 bulan lalu tidak dihuyur hujan.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalteng Tute Lelo, saat ditemui usai menghadiri rapat paripurna di DPRD kalteng, Jumat lalu, mengungkapkan telah berupaya membantu mengatasi kesupitan petani dengan cara meminjamkan pompa hisap.
”Kita telah mengupayakan bantuan pengairan dengan cara meminjamkan pompa hisap sebanyak 30 unit. Pada umumnya, semua daerah kabupaten juga telah mempunyai pompa ini. Bahkan, kelompok tani pun sudah banyak yang memiliki. Kita berharap, pompa hisap bisa mengatasi masalah kekeringan terhadap tanaman padi ladang maupun padi sawah,” ujar Tute.
Diekamukakan Tute meski sawah petani dilanda kekeringan. Tak akan mempengaruhi penurunan produksi padi yang signifikan. Mengingat, masa tanam April hingga September, sudah hamir selesai. Bahkan, sebagian daerah dalam waktu dekat ini sudah ada yang panen.
”Jadi, kemungkinan terjadinya penurunn produksi sangat kecil. Bisa jadi, penurunan produksi ini baru bisa dirasakan pada musim tanam Oktober-Maret mendatang, mengingat gubernur telah mencabut pergub 52/2008 tentang pedoman pembukaan lahan dengan cara bakar,” ungkapnya.
Meski demikian, Tute memprediksi dampak penurunan produksi padi tidak akan signifikan. Sebab, untuk musim tanam Oktober dan Maret, petani sudah melakukan pembersihan lahan di bulan Juli sampai dengan September lalu. ”Artinya, petani melakukan pembersihan lahan dengan cara bakar, sepelum pergub itu dicabut,” beber Tute.
Tute menandaskan, dari hasil pengamatan pihaknya, penyumbang asap bukan dari petani. Sebab, petani kalau mau melakukan pembakaran lahan pasti ditunggui. Bahkan, arealnya dibatasi dengan parit atau sekat bakar.
”Justru, yang melakukan pembakaran lahan secara tidak terkendali selama ini dilakukan warga yang sedang membersihkan lahan tidurnya. Sementra, petani selalu jadi korban,” tandas Tute Lelo.
Dirinya menambahkan, tahun 2009, pemerintah Provinsi Kalteng menargetkan produksi gabah kering giling hampir mendekati 600 ribu ton. Katanya, 60 persen diperoleh dari padi sawah dan sisanya 40 persen lagi diperoleh dari padi ladang.
“Kita berharap, tiap tahun terjadi penurunan di areal padi ladang, namun mengalami peningkatan pada padi sawah. Sehingga, petani tidak lagi ada yang membakar ladang sebelum melakukan penanaman,” pungkasnya. (*)

Tidak ada komentar: