30 Agu 2009

Dephut Bantu Kalteng 2 Unit Pesawat Pembom Air

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA Dephut RI, Haryadi Hilmawan, mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Alam agar secepatnya mengirimkan bantuan helikopter pembom air jenis kamov sebanyak dua unit.
Menurut Haryadi Hilmawan hal tersebut seperti yang diusulkan Pemerintah Provinsi Kalteng beberapa waktu lalu, guna membantu memadamkan kebakaran lahan di daerah ini yang terus meluas dan berdampak pada kabut asap tebal menyaput udara Kalteng.
“Bantuan heli dari badan penanggulangan bencana alam menjanjikan September dikirim ke Kalteng, tapi saya sudah koordinasi kalau bisa dipercepat lebih baik,” ujar Haryadi, beberapa waktu lalu di Palangka Raya, seraya mengatakan posisi helikopter tersebut sekarang berada di Papua.
Dikemukakannya, Kalteng menjadi prioritas utama pengiriman Helikopter saat ini setelah Kalsel. Sebab Haryadi menilai Kalteng paling rawan dari sejumlah daerah lain yang mengalami kejadian serupa. “Sumatra sudah turun hujan, dan di Kalbar curah hujan juga masih turun, sementara Kalteng dan Kalsel masih berpotensi kebakaran lahan yang meluas,” katanya.
Dia menandaskan, melihat kondisi Kalteng saat ini, Kalteng telah memasuki status darurat akibat kebakaran lahan yang terus meluas di wilayah ini dan berdampak pada kabut asap serta tingginya penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). “Ini sudah emergency banget di Kalteng. Berdasarkan informasi, yang kena ISPA sudah 132 ribu orang,” tandas Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA Dephut RI.
Sementara itu, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng mencatat, titik panas kembali meningkat pada 20 – 24 Agustus, yakni, 36 titik, 30 titik, 67 titik, 95 titik, dan terakhir 53 titik.
Menurut Mega, 90 persen hot spot hasil pantauan satelit NOAA tersebut dapat dipastikan kebakaran lahan, pasalnya, Satelit NOAA mampu mendeteksi titik panas pada lahan dengan luasan konstan 1,2 kilometer persegi dan suhu diatas 45 derajat Celcius.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sedikitnya 10 ton garam pembentuk hujan buatan telah ditaburkan di atas awan bumi Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis), Katingan, Seruyan, dan Kapuas, sejak 16 Agustus 2009 lalu.
Menurut Koordinator Lapangan (Korlap) Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Kalteng Tri Handoko Seto, 10 ton garam pembentuk pembentuk hujan ditabur, terutama pada beberapa daerah yang titik panas dari pantauan Satelit NOOA paling tinggi.
“Kami mengevaluasi titik daerah mana yang titik panasnya paling banyak serta konsentrasi awan. Pada wilayah tersebut kami akan berkonsentrasi menaburkan garam di atas awan untuk mempercepat proses penmebtukan hujan,” ujarnya kepada sejumlah wartwan, ketika dihubungi per telepon, Senin (24/8) kemarin pagi.
Dikemukakannya rencana penaburan garam pada berikutnya, pihaknya akan berkonsentrasi di Pulpis, Katingan, dan Seruyan. Sebab, titik panas terdeteksi oleh Satelit NOOA paling tinggi pada tiga kabupaten tersebut berdasarkan data tanggal 23 Agustus.
“Titik panas terbanyak tanggal 23 Agustus terjadi di Pulang Pisau yakni 24 titik. Selanjutnya, Seruyan 11 titik dan Katingan 10 titik. Kami akan konsentrasi pada tiga daerah tersebut hari ini (kemarin),” jelas salah satu meteorologist Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pusat tersebut.
Lebih lanjut dikemukakannya, saat ini awan sedang menuju ke utara, padahal titik panas terbanyak ada di wilayah selatan. Namun, TMC Kalteng akan memanfaatkan awan marginal. Meskipun nantinya tak terlalu banyak hujan, tetapi dirinya berharap pembentukan awan berlangsung cepat hingga wilayah yang titik panasnya lebih akan akan berkurang.
“Kami terbang (menggunakan pesawat CASA 212-200) mulai pukul 11.30 WIB. Rencananya penerbangan dilakukan dua kali yakni ke Pulang Pisau dulu baru ke Katingan dan Seruyan. Sekali terbang kami membawa 800 kilogram garam, jadi total yang ditabur hari ini (kemarin) 1,6 ton,” ucapnya.
Ditanya dari mana data titik panas diperoleh. Tri Handoko Seto, yang akrap disapa Seto, mengungkapkan, mereka peroleh data titik panas dari Departemen Kehutanan (Dephut) RI di Jakarta. Data tersebut sama dengan informasi yang ada di situs resmi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kalteng yakni www.pil.or.id serta Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Kalteng.
“Data tersebut diperoleh pada hari sebelumnya. Misalnya, untuk penerbangan hari ini TMC Kalteng mendapatkan data sehari sebelumnya di sore hari. Dari situ akan dipelajari lokasi mana saja yang hotspots-nya paling banyak, kondisi awan seperti apa, cuacanya bagaimana, sehingga disusun strategi penerbangan,” jelasnya. (*/Radar Sampit)

Tidak ada komentar: