19 Jan 2010

Isu Carbon dan Flem 2012

Menjawab Keraguan Gubernur Kalteng (2)

Oleh: Alfrid Uga

EFEK
rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lainnya ini disebabkan oleh meningkatkanya pembakaran dari bahan bakar yang berasal dari posil, seperti bahan bakar minyak (BBM) dan batu bara.
Konsentrasi gas CO2 semakin meningkat ketika terjadi pembakaran bahan organik, yang dihasilkan dari kebakaran hutan dan lahan. Selain itu juga disebabkan dari hasil pembakaran bahan bakar nabati, seperti minyak kelapa sawit, dan minyak jarak, sehingga melampaui kemampuan tumbuh-tumbuhan dan laut mengabsorbsinya.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Biasanya NO2, digunakan untuk pendingin rungan dan kulkas.

******
Buku “Six Degrees: Our Future on A Hotter Planet”. Karya ilmiah jurnalis Mark Lynas menguraikan bila suhu udara naik 1ºC hingga 6ºC, maka setengah dari planet bumi ini tenggelam, tumbuh-tumbuhan akan mati, spesies terancam punah, kelaparan meningkat, dan kekacauan terjadi dimana-mana.
Hasil penelitian Mark Lynas, jika suhu udara naik 1ºC, maka laut yang mulai kehilangan lapisan es di atasnya akan menyerap panas lebih banyak dan mempercepat pemanasan global. Dampak yang ditimbulkan, air tawar lenyap dari sepertiga permukaan Bumi, dan daerah dataran rendah di pesisir pantai akan diterjang banjir.
Lebih lanjut Mark Lynas menyebutkan, bila suhu udara naik 2ºC, maka kawasan Eropa menerima paparan panas yang tinggi, hutan-hutan rusak karena terbakar, tanaman-tanaman stress. Hutan dan tanaman, bukannya menyerap karbon, justru melepaskan karbon yang pernah diserapnya ke atmosfer. Dampaknya, sepertiga spesies di dunia terancam punah.
Bila suhu udara naik 3ºC, Karbon yang dilepaskan oleh tanaman dan tanah di Bumi mempercepat pemanasan global. Hutan hujan tropis seperti hutan Amazon. Barangkali hutan hujan tropis di Indoensia juga akan mati, sehingga angin topan dahsyat menghantam kota-kota pinggir laut yang dampaknya menimbulkan kelaparan di mana-mana.
Jika suhu udara meningkat menjadi 4ºC, maka lapisan es mencair dan tak terkendali sehingga mengakibatkan pemanasan global tak dapat dihentikan. Akibatnya, sebagian besar wilayah Inggris tidak dapat dihuni lagi karena terbenam banjir.
Dalam buku yang menyabet penghargaan bergengsi “Royal Society Science Books Prize” mengungkapkan, semakin tinggi suhu udara, maka dampaknya semakin besar bagi penduduk planet bumi ini. Jika suhu udara naik 5ºC, gas metana yang keluar dari dasar laut mempercepat pemanasan global, sehingga es di Kutub Utara dan Kutub Selatan habis, karena mencair, sehingga trjadi banjir bah hingga menenggelamkan setengah dataran planet bumi ini. Akibatnya, manusia berpindah-pindah tempat untuk mencari makanan, seperti hewan di alam liar, meskipun sia-sia, karena tak akan menemukan makanan.
Karya ilmiah jurnalis Mark Lynas yang diterbitkan oleh HarperCollins, jua menyebutkan, dunia ini seakan kiamat, jika suhu udara naik hingga 6ºC. Kehidupan di Bumi berakhir akibat badai besar, banjir bandang, bola api hidrogen sulfida dan metana berputar-putar cepat melintas di seluruh dunia dengan kekuatan bom atom.
Phenomena alam ini mengingatkan kita pada “Flem 2012” yang disutradarai Roland Emmerich. Cerita dalam flem tersebut bermula dari penelitian ilmuwan di India, Dr Satnam Tsurutani (Jimi Mistry) yang menemukan bahwa inti bumi terus memanas. Lalu kemudian Satnam mengundang sahabatnya sekaligus ilmuwan Amerika, Dr Adrian Helmsley (Chiwetel Ejiofor), untuk datang melihat penelitian tersebut.
Adrian terkejut melihat inti bumi yang terus memanas. Peningkatan derajat panasnya pun terus naik dengan cepat hingga membentuk bola api yang membakar seruh permukaan bumi. Danau-danau menjadi kering, bumi terbelah, gelombang laut meningkat hingga menenggelamkan bumi dan seluruh isinya.

*****
Tidak jauh berbeda dengan karya ilmiah jurnalis Mark Lynas. Berdasarkan hasil penelitian para ilmuwan yang ditugaskan PBB untuk meneliti danpak dari pemanasan global, menyebutkan betapa hancurnya planet bumi ini jika efek rumah kaca tidak segera dikurangi.
Terkait dengan ancaman tersebut, Badan Perubahan Iklim PBB, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), telah memperingatkan bahwa bila emisi gas rumah kaca dibiarkan terus bertambah seperti tingkat sekarang ini, maka suhu permukaan Bumi pada akhir abad 21 akan naik dari 1,1ºC menjadi 6,4ºC.
Dalam laporan “Climate Change Report 2007” yang dikeluarkan IPCC, saat ini suhu udara global telah meningkat sebesar 0,6ºC dari tahun 1850 hingga tahun 2000. Dalam laporan tersebut, berbagai dampak pemanasan global berdasar tingkat kenaikan suhu dan akan semakin parah dengan bertambahnya suhu udara.
Menurut hasil penelitian Badan Perubahan Iklim PBB IPCC ini, jika suhu udara 1-2ºC akan menyebabkan produktivitas sereal merosot di belahan Bumi bagian selatan. Kenaikan suhu udara di atas 4ºC akan menurunkan produksi pangan di seluruh dunia.
Dampak dari kekurangan pangan, akan mengancam kondisi kesehatan sebagai akibat kekurangan gizi, penyakit diare, penyakit karena infeksi, kekeringan, panas tinggi, dan sebab-sebab lain. Tak hanya itu, kenaikan suhu hingga 1ºC akan mengurangi persediaan air dan meningkatkan kekeringan di beberapa wilayah ekuator.
Selain itu, kenaikan suhu di atas 1ºC akan menimbulkan banjir, kekeringan, erosi, dan kualitas air yang semakin menurun. Naiknya air laut akan memperluas pengasinan air tanah sehingga menurunkan persediaan air tawar bagi daerah-daerah di pesisir pantai. Ratusan juta orang akan menghadapi kekurangan air.
Dalam penelitian tersebut juga menyebutkan, bila kekeringan terus meningkat, dan banjir melanda penduduk di pesisir terus meningkat, maka akan memaksa penduduk mencari tempat tinggal baru, baik itu di dalam negaranya sendiri maupun memasuki negara lain. Hal ini dapat memicu konflik dan ketegangan antara penduduk lama maupun baru.
Lebih lanjut penelititian IPCC menyebutkan, kenaikan suhu hingga 1ºC akan merusak banyak ekosistem, seperti yang sudah mulai terlihat sekarang. Kenaikan suhu di atas 1ºC akan menyebabkan 20-30% spesies terancam punah. Kenaikan suhu di atas 4ºC akan menyebabkan kepunahan hampir semua spesies di seluruh dunia.
Kenaikan suhu hingga 1ºC akan meningkatkan pemutihan karang. Kenaikan suhu dari 1-2ºC akan menyebabkan sebagian besar karang mengalami pemutihan. Kenaikan suhu di atas 2ºC akan menyebabkan matinya terumbu karang secara besar-besaran.
Fakta yang tergambar saat ini, beberapa danau telah menunjukkan penyusutan jumlah ikan dengan kenaikan suhu yang mulai berjalan mendekati 1ºC seperti sekarang ini. Sejumlah spesies yang biasa dijumpai di daerah hangat berpindah menuju daerah kutub. Kenaikan suhu dari 2ºC hingga 3ºC menyebabkan siklus hidrologis bertambah besar, lebih banyak kekeringan, dan juga banjir.
Sementara itu, kepunahan banyak spesies air tawar, perubahan struktur danau secara besar-besaran, meningkatnya pengasaman danau dapat terjadi pada kenaikan suhu di atas 4ºC. Bahkan sekarang ini, pengasaman laut sudah mulai terjadi, dan akan semakin bertambah dengan naiknya konsentrasi CO2 di atmosfer.
Suhu yang semakin memanas akan menyebabkan pelepasan metana dan karbondioksida dari lapisan es kutub, tanah gambut, tanah rawa, dan laut. Sekarang ini lapisan es di Kutub Utara sudah mulai mencair. Kenaikan suhu di atas 1ºC hingga 4ºC akan mencairkan sebagian besar es dan air laut akan naik setinggi 2-7 meter selama berabad-abad hingga ribuan tahun. Kenaikan suhu di atas 4ºC akan menyebabkan es mencair hampir seluruhnya.
Hilangnya beting es di beberapa tempat pada kenaikan suhu hingga 1ºC sudah terlihat. Kenaikan suhu di atas 2ºC akan menyebabkan sebagian wilayah es Antartika Barat mencair dan air laut akan naik setinggi 1,5-5 meter selama berabad-abad hingga ribuan tahun.
Fakta lain yang sekarang ini terjadi, angin topan kategori 4-5 akan meningkat dengan kenaikan suhu hingga 2ºC dan dampaknya akan semakin berat dengan naiknya air laut. Kenaikan suhu di atas 2ºC semakin meningkatkan intensitas angin topan dan banyak jiwa terancam.
Banjir bandang di banyak tempat akan makin sering terjadi akibat meningkatnya intensitas hujan. Banjir juga akan semakin sering terjadi di daerah dataran rendah. Stres panas dan gelombang panas semakin meningkat dengan naiknya suhu hingga 2ºC. Di atas suhu 2ºC, frekuensi gelombang panas akan meningkat dengan cepat dan mengakibatkan kematian, gagal panen, matinya tunas baru pepohonan, kebakaran hutan, dan kerusakan ekosistem.
Kenaikan suhu udara hingga 2ºC menyebabkan kekeringan semakin sering dijumpai. Diperkirakan frekuensi dan intensitas kekeringan di wilayah ekuator semakin meningkat. Sementara itu, kenaikan suhu udara di atas 2ºC, akan menyebabkan kekeringan ekstrim meningkat dari 1% menjadi 30%.
Meningkatnya frekuensi dan intensitas kebakaran di banyak tempat, khususnya di tempat-tempat dimana kekeringan terjadi, pada suhu yang naik hingga 2ºC. Kenaikan suhu di atas 2ºC semakin menambah besar frekuensi dan intensitas kebakaran, khususnya di hutan-hutan dan tanah gambut di belahan bumi bagian utara setelah mencairnya lapisan es. (*/Radar Sampit)

Tidak ada komentar: