10 Jan 2010

Flu Burung Kembali Serang Kalteng

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Kabar mengejutkan di awal tahun baru. Setelah Kota Palangka Raya dinyatakan keadaan luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD), kini menyusul penemuan virus flu burung (Avian Influensa/AI) di Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, dan Kota Palangka Raya.
“Hasil tes laboratorium sampel unggas baru kami terima Senin kemarin (4/1) yang menyatakan ribuan unggas yang mati tersebut positif terjangkit flu burung,” kata Wakil Gubernur Kalteng Achmad Diran, di Palangka Raya, Selasa (5/1).
Dikemukakan Achmad Diran, hasil tes itu berdasarkan hasil uji laboratorium yang dikeluarkan oleh Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel). “Dari hasil uji sample menyatakan potitif flu burung,” ungkap mantan Bupati Barito Selatan ini.
Pemerintah provinsi menduga, ribuan unggas yang mati tersebut tertular penyakit flu burung dari wilayah Banjarmasin, Kalsel, yang sebelumnya juga telah dinyatakan positif terserang penyakit unggas mematikan itu.
Terkait dengan dugaan tersebut, ucap Achmad Diran, Pemerintah Provinsi Kalteng segera menutup semua pintu masuk lalulintas perdagangan unggas di wilayah itu dengan mendiriksan pos pemeriksaan di wilayah perbatasan dengan Kalsel.
Dikemukakannya, laporan terakhir jumlah unggas di Kapuas yang mati mendadak yakni ayam bukan ras (buras) sebanyak 6.298 ekor dan ayam potong 1.353 ekor, sedangkan di Pulang Pisau sebanyak 975 ekor ayam dan Kota Palangkaraya sebanyak 29 ekor ayam. “Namun demikian hingga saat ini belum ada laporan infeksi yang menyerang ke manusia,” bebernya.
Guna mengangtisipasi meluasnya virus flu burung di wilayah Kalteng, ucap Achmad Diran, saat ini Pemerintah Provinsi Kalteng juga telah mengirimkan surat kepada bupati/wali kota yang wilayahnya terjangkit flu burung agar sedini mungkin melakukan langkah antisipasi dan penanggulangan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakatnya.
“Saya juga telah memerintahkan kepada Dinas Pertanian dan Peternakan Kalteng untuk melakukan penutupan atau isolasi perdagangan unggas antardaerah yang terjangkit flu burung,” tuturnya.
Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalteng Tute Lelo mengatakan, kasus flu burung di wiayah itu pertama kali ditemukan pada akhir 2003 di Kabupaten Kotawaringin Timur.
“Kasus penyebaran virus flu burung pertama itu menyebabkan jumlah kematian unggas sebanyak 33.148 ekor, namun telah dapat ditangani dengan baik sehingga pada Maret 2004 dan sepanjang 2005-2006 tidak ada kasus flu burung baru ditemukan,” jelas Tute.
Lebih lanjut dijelaskannya, kasus flu burung kembali muncul pada awal 2007 di Kabupaten Kotawaringin Barat dengan kematian unggas sebanyak 28.324 ekor. Kasus ini juga dapat ditangani dengan baik sehingga sampai sekarang tidak ditemukan lagi kasus serupa.
“Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota tengah mempersiapkan diri untuk pembebasan Kalteng dari virus flu burung. Penyebab awal penyakit masuk adalah ternak yang didatangkan dari luar dan kami berupaya mencegah masuknya ternak yang terinfeksi virus itu dengan memperkuat pengawasan,” jelasnya. (*/Radar Sampit)

Tidak ada komentar: