29 Mei 2009

Samsul Ingatkan TNI/Polri Netral

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Menurunnya suara yang didulang Partai Golongan Karya (Golkar) pada pemilu legislatif 9 April lalu, dituding unsur pimpinan DPP Golkar, Syamsul Muarif adanya pihak yang seharusnya menjadi juru adil namun tidak netral. Oleh karenanya, ia minta TNI-Polri benar-benar Netral melakukan pengawasan.
"Saya berharap TNI-Polri benar-benar netral dan mampu mengawasi segala kecurangan pada pemilu presiden mendatang. Sebab, pada pemilu legislatif lalu, terjadi penurunan suara yang cukup signifikan pada Partai Golkar. Penurunan tersebut bukan hanya di Kalteng namun nasional,” jelas Syamsul usai mengambil sumpah Tim Kampanye Nasional pasangan JK-WIRANTO provinsi Kalteng, Rabu (27/5) di Palangka Raya.
Menurutnya, kecurangan yang terjadi juga berkontribusi terhadap
pengurangan tersebut. Pihaknya tetap menerima proses Pemilu Legislatif
lalu demi kepentingan nasional. "Kalau pelanggarannya adalah kasus-kasus besar tetap kita proses ke Mahkamah Konstitusi, sekarang ada ratusan pelanggaran yang diproses di
MK ditambah dari Parpol lain," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, dirinya meminta kepada aparat TNI-Polri agar benar-benar Netral. Begitu pula PNS, jangan ikut cuap-cuapmengkampanyekan salah satu parpol tertentu.
Sebelumya, Komandan Resort Militer 102/Panju-Panjung, Kol. Inf. Judy Hartono mengisyaratkan kepada seluruh anggotanya agar netral, jika terbukti mendukung salah satu parpol maka sanksinya adalah pemberhentian dari anggota dan ditindak sesuai dengan hukum yang ada.
Senada, Kapolda Kalteng, Mayjend pol. Drs H Syamsuridjal juga menegaskan pihaknya tetap netral tanpa terpengaruh dengan 3 pasangan calon presiden dan wakil presiden walau didalamnya ada 3 mantanjenderal besar di tubuh militer.
"Tugas dan kewajiban kami adalah memberikan jaminan rasa aman kepada
warga. Jika ada salah satu anggota yang terbukti mendukung salah satu capres/cawapres maka Polri memberi sanksi tegas," jelasnya belum lama ini. (*)

Targetkan Satu Putaran
SAMSUL
Muarif sebagai tim kampanye Nasional untuk Pasangan Nusantara Jusuf Kalla-Wiranto, mengemukakan tim kampanye didaerah agar membuka pintu seluasnya bagi dukungan dari manapun, dengan demikian dukungan akan mengalir. "Kita sadar, Golkar dan Hanura secara nasional tidak mencapai 20 persen," ujarnya kemarin.
Diungkapkan, minimnya pendulangan suara hasil Pemilu Legislatif lalu menjadi salah satu kendala bagi pasangan Capres-Cawapres, JK-Wiranto untuk mencalonkan diri. Oleh karenanya perlu menggalang dukungan dari partai lainnya, terutama yang mau bergabung. "Untuk Saat ini yang bergabung adalah PKNU,” katanya.
Pihaknya juga merencanakan penggandaan suara dukungan sehingga pasangan nusantara ini kelak mampu masuk putaran ke-2. "Saya yakin JK-WIN menjadi runner up pada putaran I, kalau itu terwujud hit to hit maka kita gandeng seluruh kekuatan untuk
mengimbangi kekuatan lawan," angannya.
Dirinya juga menargetkan pasangan ini meraih suara 35-40 juta suara. Selain itu, pihaknya mengimbau kepada seluruh pendukung capres/cawapres ini agar solid sehingga menumbuhkan kepercayaan dan dukungan publik dari Masyarakat.
"Disampin dukungan Parpol, kita juga menerima dukungan perseorangan. Seperti dukungan 2 kader PAN, Drajat Wibowo dan Alvin Lee," jelasnya.
Syamsul Muarif menegaskan, dalam menyukseskan pilpres seluruh tim kampanye harus kompak, jangan ada satupun yang tidak mendukung, sebab pasangan nusantara JK-WR layak memimpin bangsa. ”Saya harapkan seluruh jajaran tim kampanye bersatu dan kompak memenangkan Pilpres sebab dengan langkah bersama akan mampu menyatukan kekuatan, yang pada akhirnya bisa menang,” pinta Syamsul Muarif.
Menurut Sampul, pasangan JK-WIranto memiliki kelebihan yang menggambarkan keterwakilan dari beberapa pulau di Indonesia, sehingga dapat dikategorikan sebagai keluarga nusantara.
”Perpaduan sipil-militer dari kedua tokoh bangsa ini dinilai sukses memimpin Negara, seperti JK berhasil mendamaikan Aceh Merdeka tanpa pertumpahan darah lagi. Yang didukung sebelumnya oleh Wiranto dengan menghentikan DOM disana,” pungkasnya.
Dari segi keluarga, tambahanya, Jusup Kala menikah dengan wanita asal Sumatra Barat, dan Wiranto sendiri menikah dengan wanita asal Gorontalo-Sulawesi, sehinga benar-benar menggambarkan masyarakat dan pemimpin Jawa dan Luar Jawa menjadi kekuatan nasional satu. (*)

Tidak ada komentar: