Oleh: Alfrid Uga
PALANGKA RAYA–Bicara soal pegaruh pesta demokrasi terhadap ekonomi banga. Pengusaha muda yang juga Ketua Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP-HIPMI), Erwin Aksa, punya pandangan tersendiri.
Menurut Erwin, setidaknya ada dua hal pengaruh Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres). Pengaruh positif terhadap perekonomian bangsa Indoensia, setidak-tidaknya telah membangkitkan industri kreatif, sepeti Sablon, dan konfeksi.
“Banyak Caleg membelanjakan uangnya, sehingga demand menjadi tinggi dan menguntungkan pengusaha konfeksi, sablon dan lain sebagainya,” ujar Erwin ketika disabangai Radar Sampit di Palangka Raya, kemarin.
Sedangkan pengaruh negatif, cetus Erwin, Pemilu yang tinggal beberapa hari lagi dapat membenturkan kondisi ekonomi bangsa Indoenia saat ini, mengingat pemerintah dipipin oleh orang-orang berasal dari artai Politik.
“Pemimpin-pemimpin yang berasal dari Parpol saat ini sedang berkonsentrasi pada Pemilu. Pada akhirnya, stiap kebijakannya tidak lagi memfokuskan pada masalah-masalah ekonomi, akan tetapi lebih kepada politik praktis,” ucapnya.
Menyinggung soal krisis ekonoi global, Erwin mengungkapkan, krisis ekonomi global telah membuat banyak pengusaha di Indonesia kehilangan semangat.
“Resesi dimana-mana, pengusaha tidak lagi mampu membiayai produksinya. Perbankan pun sulit mengucurkan pinjamannya, tentu ini berpngaruh besar terhadap pengusaha, bahkan terancam gulug tikar,” jelas Erwin.
Meskipun tidak menyebutkan jumlah pengusaha yang terkena resesi ekonomi terhadap dunia perbnkan. Namun, dia memastikan bahwa, Indonesia masih memiliki market yang besar. Sebab menurutnya, 80 persen GDP kita adalah market dalam negeri, sedangkan sisanya 20 persen merupakan eksport.
Dia menambahkan, ekonomi Indonesia didominasi UMKM yang totalnya mencapai mencapai jutaan. Sebagian daerah mengandalkan sumber daya alam (SDA) sebagai basis ekonominya. Namun, tidak sedikit usaha fentura yang mati akibat digilas krisis ekonomi global. “Diharapkan pemerintah ikut memperhatikan masalah ini dengan berbagai kebijakannya,” pinta Erwin.
Erwin menilai, sulitnya mencari hutangan tidak saja dialami oleh para pengusaha di Indonesia. Kesulitan ini juga dialami negara terhadap pinjaman luar negeri. Sebab, krisis ekonomi yang dilami saat ini menuntut semua negara membutuhkan pinjaman.
“Untuk melakukan pinjaman luar negeri, tentunya harus menghadapi persaingan dengan negara lain. Hal inilah alah satu factor sulitnya mendapat pinjaman dari luar negri,” imbuh Erwin disela-sela Rakorwil HIPMI. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar