17 Feb 2009

Surat Suara Rusak Mencapai 40 Persen

Pada Pemilu Kalteng, Golput Juga Diprediksi 20 Persen

Oleh: Alfrid Uga


PALANGKA RAYA-Pengamat hukum dan politik, Donny Y Laseduw memprediksi, pada Pemilihan Umum (Pemilu) 9 April nanti, tingkat kerusakan surat suara mencapai 40 persen. Sedangkan jumlah angka yang tidak memakai hak pilih alias Golput diprediksi mencapai 20 persen.
”Kalau diakomulasikan maka berjumlah 60 persen, ini berarti yang efektif penggunaan hak suara yang syah hanya 40 persen saja. Bila ini terjadi maka sangat berbahaya bagi demokrasi di Indoensia,” ujaranya, kepada Radar Sampit, di Palangka Raya, beberapa waktu lalu.
Meninkatnya jumlah surat suara rusak dan angka Golput dibandingkan Pemilu sebelumnya, menurut mantan anggota DPRD Kota Palangka Raya ini, disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, meningkatnya surat suara rusak karena terjadi perubahan yang cukup mendasar pada teknis pemilihan, dimana dulunya coblos sekarang yang berlaku sistem contreng.
Kedua, kertas yang dibuka terdiri dari empat lembar dengan jumlah partai 38 dan begitu banyak calon, mulai dari DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan DPD RI, dengan menggunakan system contreng tentu akan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
Dilihat dari tingkat sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara dalam hal ini KPU, tentunya harus kita akui belum optimal dalam artian belum sampai pada titik yang menjadi harapan semua rakyat. ”Dilihat dari pariabel tersebut, saya kira bahwa tingkat kerusakan akan mencapai angka 30 sampai 40 persen,” katanya.
Sementara itu, meningkatnya angka Golput pada Pemilu 2009 nanti, lebih banyak dipengaruhi akibat rakyat mengalami kejenuhan, karena begitu banyak pemilihan, mulai dari pemilihan legislatif, presiden, gubernur hingga sampai pemilihan Bupati dan Walikota.
Pengaruh lain, rakyat menjadi jenuh dan bosan karena masih ada oknum-oknum anggota DPR baik dalam wilayah nasional, provinsi atau kabupaten/kota tentang janji-janji yang tidak ditepati dari celeg ketika terpilih menjadi wakil rakyat. ”Itulah menjadi tingkat kebosanan rakyat yang tinggi,” ungkapnya.
Faktor lain yang juga menyumbang angka Golput, sangat erat kaitannya dengan adanya konflik internal pada partai politik, dimana didalam partai tersebut ada faksi sehingga ada pentolan secara gamblang mengajak agar melakukan aksi Golput.
” Ajakan Golput terjadi sesama kader. Hal tersebut turut serta mempengaruhi agar seseorang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga bertambah jumlahnya angka Golput dalam Pemilu tahun ini,” ucap staf ahli DPRD Provinsi Kalteng ini.
Golput akan semakin bertamah, katanya, manakala Pemilu 2009 ini jatuh pada tanggal 9 April 2009, dimana pada hari tersebut merupakan hari Minggu, hari yang suci dan skral bagi umat nasrani. ”Hari pencoblosan jatuh pada hari Minggu, tentu akan menyumbang jumlah angka Golput,” imbuhnya.
Donny menandaskan, kalau tingkat Golput dengan pemahaman-pemahaman dan kebosanan, maka tingkat Golput kalau diakomulasi dengan tingkat kerusakan berjumlah sekitar 60 persen. Dan kalau 60 persen, maka yang efektif penggunaan hak suara yang syah hanya 40 persen saja.
”Bila hal ini terjadi, maka sangat berbahaya bagi demokrasi di Indoensia, oleh karenanya harus ditekan tingkat kerusakan dan tingkat Golput. Penekanan bisa dilakukan dengan memberi pemahaman kepada masyarakat pemilih. Kalau anda tidak menggunakan hak pilih maka anda tidak punya andil terhadap siapapun yang masuk di legislatif,” tandasnya.
Dia berpesan, Pemilu merupakan satu instrumen strategi untuk membangun demokrasi, sebab ketika rakyat Kalteng ingin warna yang duduk di legislatif, pembangunan di Kalteng berjalan, berkesinambungan, maka gunakanlah hak pilih sebaik-baiknya.
”Kalau melihat angka tingkat kerusakan, dengan terpaksa kita mengatakan dilihat dari tingkat sossialisasi hingga saat ini hanya masih sampai pada midelklas belum sampai pada grassroots, oleh karenanya masih ada kurang lebih 52 hari kedepan harus benar-benar dimanfaatkan untuk sosialisasi,” pesannya.
Ketika ditanya sejauh mana keterlibatan Parpol atau Caleg terlibat dalam sosialisasi untuk meminimalis tingkat kerusakan dan tingkat Golput. Menurut Donny, dilihat dari keterlibatan partai dengan terjadi pergeseran dari sistem nomor urut menjadi suara terbanyak, sangat minim melakukan sosialisasi, mereka lebih fokus bekerja bagaimana menawarkan programnya, dan bagaimana menawarkan kadernya kepada pemilih.
”Kalau mengajak dengan memperkenalkan partai dan caleg kader partai, saya melihat sosisialisasinya hingga mencapai 75 persen. Namun bagaiman mensosialisasi menggunakan hak pilih di TPS, itulah yang menjadi persoalan sekarang, peran partai sangat minim,” katanya. (***)

Tidak ada komentar: