KUALA KURUN - Bupati Gunung Mas (Gumas) Hambit Bintih mengingatkan,
masyarakat di wilayah Kabupaten Gumas agar jangan cuma mengandalkan
usaha dari perkebunan karet. Dia menyarankan, mulai sekarang, sebaiknya
masyarakat harus mencari usaha alternatif lain untuk meningkatkan
perekonomian keluarga untuk lebih baik lagi.
Peringatan orang nomor satu di bumi 'Habangkalan Penyang Karuhei Tatau'
itu bukan tanpa alasan. Jika hanya andalkan karet, bisa-bisa masyarakat
tidak makan. Karena harga sejumlah kebutuhan pokok terus merangkak naik.
Sementara harga jual karet terus mengalami penurunan, seiring
terjadinya resesi ekonomi di Eropa yang belum juga membaik hingga saat
ini, sejak beberapa bulan lalu.
"Negera-negara di Eropa sekarang terjadi krisis ekonomi.
Akibatnya harga jual karet anjlok di pasar internasional. Masyarakat
jangan andalkan karet saja, bisa-bisa tidak makan. Masyarakat harus
punya usaha alternatif, sambil menunggu harga karet kembali membaik,"
tukas Hambit, saat menggelar dialog dengan masyarakat Kecamatan Rungan
Barat dan sekitarnya, Senin (23/7) lalu.
Menurut bupati, masih banyak potensi ekonomi yang menjanjikan di masa
akan datang, namun belum banyak masyarakat menggelutinya, yaitu usaha di
bidang perkebunan kelapa sawit, mengingat lahan di wilayah itu cukup
luas dan kosong. "Masyarakat hanya siapkan lahan, untuk bibit menanam
dan mengurusnya masyarakat bermitra dengan perusahaan melalui koperasi,"
saran bupati.
Usaha lain yang juga menjanjikan, lanjut bupati, masyarakat jangan lagi
mengandalkan semua kebutuhan sayur mayur mengandalkan pedagang dari
luar. Mulai saat ini masyarakat harus mampu mengelola pekarangan yang
kosong jadi tempat menanam sayur-mayur. "Sayur saja kita harus membeli
dari pedagang pendatang. Pekarangan luas, coba kita tanam, setidaknya
untuk kebutuhan keluarga. Bila lebih, baru dijual dan pasti laku," imbuh
bupati.
Pada kesempatan itu, bupati juga mengingatkan masyarakat
yang berusaha di bidang pertambangan rakyat agar tidak menambang di
jalur sungai yang menjadi sumber air minum masyarakat. Selain itu juga
dilarang menambang yang bisa mengancam atau merusak fasilitas umum,
seperti jalan dan jembatan. Seperti yang terjadi di beberapa daerah,
jembatan runtuh akibat penambangan.
"Masih diberi toleransi bagi masyarakat untuk menambang,
asalkan tidak di jalur sungai. Mengingat sungai merupakan sumber air
minum masyarakat. Jika sungai ikut tercemar, maka masyarakat yang
meminum air dari sungai juga menerima dampaknya bagi kesehatan. Terutama
dampak dari mercury yang sangat membahayakan bagi kesehatan untuk
jangka panjang," tandas bupati.
Untuk diketahui, Januari-Maret lalu harga karet di wilayah hulu
Kabupaten Gumas bertahan di Rp 10-13 ribu per kilogram. Sekarang terus
mengalami penurunan hingga mencapai Rp 6-7 ribu per kilogram. Tahun
2011 lalu harga karet relatif baik hingga mencapai Rp 15 ribu per
kilogram. (alf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar