Laporan: Alfrid Uga
PALANGKA RAYA-Perilaku seks bebas dikalangan pelajar di negeri ini sepertinya sudah menggejala dan tidak lagi dianggap tabu. Setidaknya berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak (KPA) di 33 provinsi pada Januari sampai Juni 2008 sebanyak 62,7 persen remaja SMP dan SMA sudah tidak perawan lagi.
“Sebanyak 21,2 persen remaja mengaku pernah aborsi, 97 persen lagi menyatakan pernah menonton film porno, dan 93,7 persen pernah berciuman atau meraba alat kelamin dan oral seks,” beber Kepala BKKBN Provinsi Kalteng pada acara pembukaan Musda VIII Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalteng, Selasa lalu.
Sedangkan hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003 ungkapnya, remaja perempuan yang mempunyai teman pernah berhubungan seksual pada usia 14 sampai dengan usia 19 tahun sebanyak 48,6 persen dan laki-laki ebanyak 46,5 persen.
Dikemukakanya, faktor yang paling memengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual adalah teman sebaya atau mempunyai pacar, mempunyai teman yang setuju dengan hubungan seks bebas pranikah dan mempunyai teman yang memengaruhi atau mendorong melakukan sek bebas pranikah.
Acara Musda yang dirangkaikan dengan semiloka remaja yang bertemakan “Cinta, Pacaran, dan Seks Bebas” yang digelar di Aula BKKBN Kalteng. Dibahas berbagai permasalah seksual remaja sebagai pembahasan pokok dalam Musda VIII PKBI yang mengundang puluhan pelajar dan mahasiswa Palangka Raya.
Tujuan lain, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi dan meningkatkan pengetahuan mengenai risiko perilaku seks bebas di kalangan remaja dan guna mengetahui permasalahan remaja dan mahasiswa tentang cara mengatasi dorongan seksual.
“Hal itu sekaligus untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam melakukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) tentang kesehatan reproduksi dan permasalahan remaja serta meningkatkan hubungan kemitraan dengan remaja dalam rangka pembentukan kelompok remaja yang peduli kesehatan reproduksi,” ungkap Benny Benu.
Benny mengatakan, peran PKBI tidak dapat dipisahkan dengan BKKBN dalam kondisi apapun. Bahkan, berdasarkan sejarah, PKBI merupakan cikal bakal berdirinya BKKBN. “Sebelum pemerintah membentuk suatu lembaga yang menangani masalah kependudukan, ada organisasi swasta yang lebih dulu eksis, yakni PKBI. Oleh karena itu, betapa naifnya BKKBN jika melupakannya,” kata Benny.
Sementara itu, Ketua Pengurus Harian PKBI Provinsi Kalteng, Jairi mengungkapkan, menjalankan program di bidang kesehatan reproduksi dan kelamin, serta pembinaan terhadap remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas, PKBI Kalteng selama kurang lebih 25 tahun ini menggunakan bantuan hibah dari luar negeri, seperti Belanda, Swiss, dan Amerika.
Kendati demikian, kiprahnya di Kalteng cukup matang, pihaknya tetap menghadapi tangtangan yang mungkin lebih besar lagi, kerna pengaruh dari luar, oleh karena itu ia mengajak semua komponen ikut terlibat dalam aksi mereka. “PKBI di Kalteng telah berkiprah lebih 25 tahun, namun di masa mendatang disadari tugas masih berat dan perlu kebersamaan,” pungkasnya. (radar sampit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar