17 Sep 2009

Gubernur Marah, Sempat Gebrak Meja Pertemuan

Lantaran ILS Bandara Tjilik Riwut Tak Berfungsi

Laporan: Alfrid U

PALANGKA RAYA-
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang benar-benar marah lantaran kepada pihak Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya, lantaran Instrumen Landing System (ILS) yang terpasang di bandar udara (Bandara) Tjilik Riwut tidak berfungsi. Padahal, ILS tersebut telah terpasang sejak 2007 lalu, namun tak bisa digunakan karena belum dikalibrasi.
Mendapat laporan dari pihak pegawai teknisi dan kemananan bandara, ILS belum berfungsi karena belum dikalibrasi, padahal sudah terpasang sejak 2007 lalu, gubernur tak bisa menahan diri dan sempat gebrak meja pertemuan, dan ia mengaku kecewa dengan pihak bandara.
“Sudah hampir dua tahun alat ini tak berfungsi. Saya sangat kecewa sekali dengan kepala bandara (Jamalludin Hasibuan, red) karena sudah cukup lama kami (Pemprov) meminta agar dikalibrasi, namun perhatiannya amat sangat kurang,” kata Teras saat pertemuan dengan jajaran bandara Tjilik Riwut di posko penanggulangan bencana asap, Senin (14/9) siang.
Gubernur mengungkapkan, dirinya telah menghubungi Menteri Perhubungan RI agar ILS tersebut dapat segera dikalibrasi untuk membantu penerbangan di bandara pada disaat kondisi sekarang akibat kabut asap tebal.
Dari informasi yang ia terima dari Dirjen Perhubungan Darat dilaporkan ILS bandara Tjilik Riwut baru dipasang dan akan segera dijadwalkan untuk komisioning sekalian dikalibrasi. “Informasi dari dirjen, seolah barang ini baru terpasang, saya kasihan dengan pak Dirjen, karena dia baru (sebagai dirjen). Dan kemarin, saya perintahkan Kepala Bandara segera ke Jakarta untuk mengurus hal ini,” katanya.
Menurut Teras, dirinya tak ingin Kalteng menjadi tempat yang tidak jelas dan tak ada perhatian dari aparatur instansi vertical. ILS tersebut sangat dibutuhkan karena Kalteng dalam bencana asap, sehingga penerbangan sulit dilakukan tanpa ILS dengan jarak pandang dibawah 1 kilometer.
“Walau saya tau proses kalibrasi panjang dan saya tau ini tak langsung ditangani Dephub, tapi yang saya inginkan, alat ini bukan hanya sekedar pajangan, tapi berfungsi dengan baik karena ini uang rakyat. Jangan main-main,” tegas Teras sambil menggebrak meja.
Sementara itu, Ketua Kelompok Teknisi Bandara, Rachmad Roif menjelaskan, ILS dipasang di Bandara Tjilik Riwut pada 2006 lalu, namun, peralatannya tidak lengkap, hanya localizer dan Glide Path. Kemudian dilanjutkan 2007, yakni, middle marker. Biaya mendatangkan alat tersebut sebesar Rp 7 miliar.
Belum dikalibrasinya alat itu, katanya, disebabkan Bandara Tjilik Riwut tergantung dari bandara yang besar, seperti Balik Papan dan Banjarmasin, karena tak ada biaya. Rencananya, setelah kalibrasi di kedua Bandara itu, sekalian juga dilakukan di Kalteng, namun, ternyata tak dilakukan.
“Saat itu, mungkin kita belum selesai pekerjaan, disana sudah ada (Balikpapan dan Banjarmasin), namun tim kalibrasi menginformasikan pesawatnya yang tidak memenuhi syarat kalibrasi,” katanya.
Dia mengungkapkan, jika ILS berfungsi, jarak pandang minimal untuk penerbangan maupun pendaratan sekitar 800 meter. Namun, karena belum berfungsi, jarak pandang minimal saat ini 1600 meter. Teras kembali meminta kepada jajaran Bandara, untuk betul-betul memperhatikan ILS tersebut, pasalnya, dana yang dikeluarkan untuk itu sangat mahal.
“Jangan bapak-bapak merasa dari Departemen, kemudian tak ada perhatian dengan peralatan disini, saya tak ingin itu terjadi. Saya yang bertanggung jawab terhadap masalah di wilayah ini sebagai wakil pemerintah pusat,” kata Teras.
Dirinya menyesalkan pihak bandara yang tak perduli dengan kebakaran lahan terjadi di wilayah itu. Pasalnya, tak ada satu pun petugas pemadam yang turun ke lapangan memadamkan api. ”Tak ada tindakan dari bandara untuk berupaya memadamkannya. Padahal, itu di areal kekuasaan bandara,” katanya. (*)

Tidak ada komentar: