19 Des 2008

Daerah Hanya Akan Ada Satu Koran yang Bertahan

Laporan: Abi (Radar Banjar)

Jakarta-Krisis global mengancam keberlanngsungan koran di daerah. Ke depan hanya akan ada satu koran yang mengkristalisasi alias dapat survive di daerah masing-masing.
Kita atau grup kompetitor lain yang hancur (Radar Banjarmaasin atau B Post, red).
Ancaman ini tidak main-main, langsung dikatakan Kordinator Jawa Pos Baihaqi, tadi malam. “Mulai tahun 2009 hanya akan ada satu koran yang bertahan disetiap daerah,” ucapnya.
Lalu bagimanana hubungannya dengan nasib koran kita saat ini? Ujar Cak Haqi bila kita hanya sekedar prihatin tanpa ada gerakan, koran kita akan tinggal nama.
Sekedar diketahui saja ujarnya, saat ini koran Sindo (Seputar Indonesia) saja sebenarnya sudah mati. Meski terus terbit, tapi sejatinya mati. “Terbitnya hanya sekedar saja,” ceritanya. “Sama seperti yang ditulis Pak Dahlan terkait koran Chicago Tribune yang saat ini sudah mati, ada baca ‘kan,” ujarnya.
Krisis global memang memukul industri koran, kesimpulan ini didapatkannya setelah rapat seluruh Korlip dan Redpel Jawa Pos Group di Jakarta, Minggu malam kemarin. Penuturan itu seperti diucapkan langsung Pak Dahlan Iskan, ucapnya.
Caranya saat ini kita mesti bekerja extra lebih untuk mempertahankan atau ingin menjadi satu-satunya koran yang bertahan di daerah. “Bila bisa kita bekerja dituntut menghasilkan satu cangkir kopi, itu mesti ditambah lagi, harus menghasilkan dua cangkir kopi, meski yang dipakai hanya satu cangkir kopinya saja,” bebernya.
Intinyakan koran itu sebuah produk, bila produknya tidak diminati orang atau pembaca bagaimana pun tampilannya, semua usaha pemasaran akan jadi sia-sia.
Nah, di Radar Banjarmasin, inginnya pembaca itu seperti apa contohnya. “Yang tahu ya kalian sendiri lah,” ucapnya.
Lalu di Radar Banjarmasin terkait adanya halaman kerjasama (kontrak), itu memang sudah sejak lama didiskusikan grup Jawa Pos. “Kerjasamanya tetap terus jalan, tapi yang diubah jangan lagi fotonya bupati potong pita atau bupati meletakkan batu pertama, ambil sisi lainnya,” ujarnya.
Kretivitas reporter disini dituntut mampu menyajikan yang tidak lagi seperti itu, meski masih halaman kerjasama. Tidak masalah ada halaman kerjasama, sepanjang penampilannya mampu memikat pembaca. “Baik cara penulisan yang diubah atau itu tadi fotonya juga diubah,” ucapnya.
Memang di Banua koran kita masih belum sekuat B Post, namun menurut Cak Haqi ada sebenarnya peluang yang belum tergarap koran musuh. “Nah yang belum tergarap musuh, lagi-lagi yang tahu kalian,” ujarnya lagi. Ulun kada tahu jua pang yang kaya apa peluang itu nang belum kita garap, mungkin ada kawan di banau nang tahu kondisi musuh saat ini. “Bila itu sudah ditemukan, garap sisi tersebut, itu yang dilakukan Jawa Pos ketika mengalahkan koran (Baca Surabaya Post) kuat saat Jawa Pos belum jaya, mestinya Radar Banjarmasin bisa seperti itu juga,” anjurnya.
Kedepan bisnis koran akan semakin sulit dan persaingannya akan semakin ketat. “Akan hanya satu koran yang hidup di daerah, percaya saja,” sebutnya. Mudahan ai kita kawa mengalahkan koran musuh. “Semangat saja tidak perlu atau hanya prihatin saja tidak cukup, mesti sudah harus menjadi gerakan semua,” ujarnya.
Menarik yang diucapkan Mas Leak yang nimbrung saat diskusi di Basement Graha Pena, ia mencoba membandingkan Radar Banjarmasin dengan B Post, katanya koran kita masih jauh tertinggal dari kompetitor, entah dari mana ia pernah melihatnya.
“Koran itu konstektual, hari ini dengan esok beda penggarapannya, disini dituntut orang-orang yang kreatif, itu mengapa Jawa Pos temanya selalu ada yang baru,” ucap pria yang dipercaya menjadi Pimpred Radar Surabaya ini.
Di Jawa Timur, Jawa Pos sangat-sangat kuat, sama kuatnya seperti Kompas di Jakarta. Kuatnya itu sebegini, menurut kacamata saya 98 persen, nah yang 2 persen itu yang coba kami garap di Radar Surabaya. Itu juga yang digarap koran lainnya seperti Surya, Memo dan koran-koran kecil lainnya di Surabaya ini. “Kami memperbutkan yang 2 persen itu saja,” ujar Mas Leak.
Di daerah-daerah itu, rasanya tidak ada yang sekuat Jawa Pos di Jawa Timur yang hampir-hampir saja tidak bisa ditembus koran apapun, meski Kompas menampilkan halaman khusus Jawa Timur, tidak akan mudah tergantikan.
“Peluang di daerah itu masih terbuka lebar, gap-nya mungkin 60-40 persen, bisa koran kita yang diatas atau musuh, kalau ada yang benar-benar kreatif menggarap, dia akan menjadi yang terkuat, jawabannya tentunya di anda sendiri,” ucapnya.
Di Banua kita rasanya peluang itu masih terbuka lebar tidak seperti Jawa Pos yang sangat kuat di Jawa Timur, hampir tidak ada yang mampu menyainginya.
Mudah-mudahan saja, -ulun kada tahu jua pang caranya masih mengalahkan koran musuh-, tapi dari sharing kita barataan, kalu ada tatamu cara mengambil peluang yang masih belum ada di koran musuh. Baik dari sisi pemberitaan atau perwajahan halaman atau yang lain-lainnya. Intinya produk kita harus disukai pasar. (***)

Tidak ada komentar: